Tradisi Bau Nyale 2024 di Mandalika Dilaksanakan pada 29 Februari Hingga 1 Maret
PRAYA-- Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), menyatakan festival Bau Nyale akan berlangsung pada 29 Februari hingga 1 Maret 2024. Tradisi menangkap cacing laut ini akan dilaksanakan di Pantai Seger, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.
Hal itu disampaikan oleh budayawan Lombok Tengah, Lalu Agus Faturahman, saat acara Sangkep Warige di Desa Wisata Ende, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, NTB. "Hari Bau Nyale jatuh pada 29 Februari dan 1 Maret 2024. Ini hasil Sangkep Warige (penentuan waktu Bau Nyale)," katanya, seperti dilansir Antara pada Ahad (14/1/2024).
Dia mengatakan keputusan tersebut melalui sidang besar, yang sebelumnya dilakukan sidang kecil yang menghadirkan pemangku adat dari delapan penjuru mata angin, tokoh agama, tokoh pemuda atau perwakilan masing-masing wilayah, dan budayawan. Dalam sidang besar yang disebut ritual Sangkep Warige Bau Nyale ini, mereka menyampaikan pendapat tentang tanda-tanda alam dan waktu yang dapat dijadikan panduan untuk penentuan puncak Bau Nyale 2024.
"Sidang kecil itu untuk menghimpun pendapat para tokoh. Keputusan ini diambil berdasarkan hati nurani untuk kebersamaan masyarakat Sasak," katanya.
Bau Nyale telah menjadi tradisi masyarakat Sasak yang terkait dengan legenda Putri Mandalika. Alkisah para raja ingin mempersunting Putri Mandalika. Sayangnya, dia tidak bisa memilih satu di antara raja-raja tersebut. Sang putri pun memilih terjun ke laut untuk mencegah pertumpahan darah. Tidak ada jejak dari sang putri hingga mereka menemukan sekumpulan cacing laut yang kemudian menjadi asal muasal tradisi Bau Nyale.
Menurut kisah mitos yang berkembang di masyarakat, Putri Mandalika digambarkan sebagai sosok yang memiliki jiwa yang bersih dan rela berkorban untuk kesejahteraan masyarakat. Sang putri dipercaya akan kembali dalam bentuk cacing laut pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak. Setiap tanggal tersebut diadakan juga ritual sebagai bentuk penghormatan dari masyarakat adat.
Mengutip laman disbudpar.ntbprov.go.id, kata 'Bau' berasal dari bahasa Sasak yang berarti menangkap, sedangkan kata 'Nyale' berarti cacing laut yang hidup di lubang-lubang batu karang atau di permukaan laut. Dalam tradisi Bau Nyale, mereka yang datang dari berbagai daerah, turun langsung ke laut. Mereka lalu memburu cacing laut yang dipercaya merupakan jelmaan Putri Mandalika.
Tradisi Bau Nyale ini biasanya diselenggarakan sekitar bulan Februari untuk Nyale awal dan Maret untuk Nyale akhir. Lokasinya di Pantai Seger atau di sepanjang pantai selatan Lombok Tengah. (ant/rin)