Upaya Pelestarian Tradisi Bujanggaan pada Era Digital
INDRAMAYU--Upaya pelestarian suatu tradisi tidaklah dapat dianggap mudah seperti yang diungkap peneliti Tradisi Bujanggaan, Ruhaliah, dalam diskusi bertajuk “Tradisi Bujanggaan: Sejarah, Manuskrip, dan Transformasinya di Era Digital”. Diskusi ini digelar di Gedung Depo Arsip Dinas Perpustakaan dan Arsip Pemerintah Kabupaten Indramayu pada Kamis (25/4/2024).
Menurut Ruhaliah, pelestarian tradisi Bujanggaan memerlukan upaya yang kompleks. “Tradisi Bujanggaan dan tradisi pembacaan naskah kuno memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi, seperti keterampilan penguasaan nada yang khas, penghafalan terhadap metrum tertentu, juga pembacaan terhadap aksara-aksara lokal,” kata dosen Universitas Pendidikan Indonesia itu dalam paparannya.
Dalam diskusi tersebut, Iskandar Zulkarnaen, penulis buku Wiralodra dalam Arsip Kolonial dan Naskah Kuno, menjelaskan keterkaitan antara tradisi dan aspek sejarahnya. Menurut dia, tradisi Bujanggaan menjadi salah satu media yang efektif untuk meluruskan fakta-fakta sejarah tentang Indramayu. “Bagaimanapun juga tradisi Bujanggaan memiliki peranan penting dalam pewarisan sejarah, meskipun tidak dapat dimungkiri bahwa seiring berjalannya waktu, muncul fakta-fakta baru dalam penulisan sejarah Indramayu,” katanya.
Di sisi lain, pegiat sastra daerah Indramayu, Supali Kasim, menyatakan pelestarian suatu tradisi dapat menyesuaikan dengan zaman. “Pelestarian tradisi Bujanggaan bukan hanya bentuknya, melainkan juga melalui ragam transformasi yang relevan dengan perkembangan zaman," ujarnya dalam diskusi.
Kegiatan diskusi terpumpun atau Focus Group Discussion (FGD) digelar Yayasan Surya Pringga Dermayu. Kegiatan ini terselenggara atas dukungan dari Program Dana Indonesiana Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI.
Kegiatan ini dihadiri oleh narasumber ahli sastra daerah, antara lain Dr. Ruhaliah (Dosen Universitas Pendidikan Indonesia Bandung), Dr. Agung Zaenal Muttakin Raden (Dosen Universitas PGRI Indraprasta), Dr. Tendi (Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon), Supali Kasim (pegiat sastra daerah Indramayu), dan Iskandar Z. (penulis buku Wiralodra Penguasa Indramayu Abad ke-17: Kajian Naskah Kuno dan Daghregister). Kegiatan ini juga dibuka dengan pertunjukan seni Bujanggaan oleh seorang maestro bernama Ki Lebe Warki.
“Tujuan dari kegiatan ini adalah menjaring ide dan gagasan sebanyak mungkin dari para ahli dan pegiat seni tradisi di Indramayu bagaimana untuk bersama-sama melestarikan seni Bujanggaan yang sudah hampir punah," ujar Ketua Yayasan Surya Pringga Dermayu, Sri Tanjung Sugiarti Tarka, dalam keterangan tertulis pada Kamis (2/5/2024).
Selain itu, menurut dia, pelibatan aktif para guru dan siswa diharapkan juga menguatkan implementasi strategi pelestarian kebudayaan yang ada di Indramayu, khususnya Bujanggaan. "Pada dasarnya, upaya pelestarian tradisi Bujanggaan harus dilakukan secara kolektif dan melibatkan seluruh unsur masyarakat dan pemerintah sebagai pemangku kepentingan. Sehingga anak cucu kita di masa mendatang tidak kehilangan identitas dirinya sebagai bangsa yang kaya akan budaya dan seni tradisi," katanya.
Alumnus UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon ini juga mengatakan, tim Yayasan Surya Pringga Dermayu menginisiasi program alih media naskah kuno ke dalam komik digital. "Harapannya, isi naskah kuno tersebut dapat dinikmati oleh generasi muda dan kalangan masyarakat umum,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Indramayu, Aan Hendrajana, mengharapkan adanya kolaborasi antara pihaknya dan para ahli juga akademisi untuk pelaksanaan UU Pemajuan Kebudayaan.
“Kami berharap kegiatan positif ini terus terlaksana di masa mendatang karena kami sebagai pemerintah daerah tentu membutuhkan masukan dan saran dari para ahli, terutama di bidang pelestarian kebudayaan dalam pelaksanaan UU Pemajuan Kebudayaan 2017," katanya.
Puluhan peserta mulai dari guru, siswa SMA/MA se-Kabupaten Indramayu, pegiat budaya, hingga pejabat Dinas Perpustakaan dan Arsip Indramayu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Indramayu, dan Dinas Pemuda dan Pariwisata Indramayu menghadiri kegiatan diskusi tersebut.
Kegiatan ini turut melibatkan peran aktif anak-anak Muda Indramayu yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama (IPNU) dan para akademisi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Indonesia. (zed)