Home > Serba Indonesia

Tantangan Jalur Rempah untuk Jadi Warisan Dunia UNESCO Tahun 2024

Penelusuran jejak Jalur Rempah berupa Cagar Budaya sudah dilakukan sejak tahun 2020 hingga 2023.
(dok. Kemendikbud)
(dok. Kemendikbud)

DIPLOMASI REPUBLIKA, DEPOK--Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyiapkan Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO pada 2024. Namun, ada tantangan dalam pengajuannya seperti disampaikan Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid.

“Tantangan terbesar dalam kesiapan Indonesia untuk menominasikan Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia adalah perlunya kajian akademis, mulai dari penguatan narasi hingga penyusunan rencana pengelolaan Jalur Rempah yang logis dan konkret,” ujarnya dalam Susur Kultur dengan tema “Kembara Rempah Nusantara” di Makara Art Center Universitas Indonesia pada Kamis (21/12/2023).

Susur Kultur pada 2023 ini merupakan suatu ruang publikasi hasil kegiatan residensi apresiasi pelaku budaya di Jalur Rempah yang telah dilaksanakan di Qatar dan India. Susur Kultur menghadirkan pesan dari perjalanan rempah Nusantara, yang diharapkan dapat menjadi pemantik bagi masyarakat untuk menyusuri jejak sejarah rempah Nusantara, baik di dalam maupun luar wilayah Indonesia. Melalui Susur Kultur, menurut dia, hasil residensi dapat dipublikasikan sebagai bahan untuk memperkaya penelitian terkait Jalur Rempah.

Hilmar berharap setelah nanti Jalur Rempah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, masyarakat semakin terdorong menjadikan kebudayaan sebagai fondasi utama pembangunan.

Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Restu Gunawan, mengungkapkan bahwa Susur Kultur menjadi forum untuk memaparkan hasil penelitian ke publik serta ruang berdiskusi dan bertukar pandangan untuk memperkaya hasil temuan di lapangan.

“Selama masa residensi, peserta melakukan pencarian, penelitian, dan pengkajian terhadap naskah, manuskrip, objek, dan/atau tinggalan sejarah lainnya yang dinilai memiliki potensi sebagai sumber Jalur Rempah. Setelah masa residensi selesai, para peserta melaksanakan publikasi preliminary research findings di masing-masing negara dan melakukan publikasi ketika kembali ke Indonesia,” tuturnya.

Tahun ini kegiatan Apresiasi Pelaku Budaya di Jalur Rempah diikuti oleh enam peserta, tiga peserta melaksanakan residensi di Qatar dan tiga peserta lainnya di India. Tiga peserta yang melaksanakan residensi di Qatar, yaitu Kurator Museum, Adimas Bayumurti; Filolog, Fathurochman Karyadi; dan Sejarawan, Idris Masudi. Sedangkan tiga peserta lainnya yang melakukan pengumpulan data di India, yakni seorang Akademisi dan Peneliti, Nia Deliana; Dosen Sejarah, Nurul Azizah; serta perwakilan dari Institut Seni Indonesia Denpasar, Ayu Wayan Arya Satyani.

Salah satu peserta residensi, Adimas Bayumurti, mengatakan selama ini narasi tentang Jalur Rempah Nusantara didominasi oleh sumber-sumber dari masa kolonial. Tujuan residensi di Qatar adalah untuk menggali dan mencari sumber-sumber informasi yang terkait dengan Jalur Rempah Nusantara dari masa pra-kolonial yang terkait dengan dunia Arab.

"Dari sisi sejarah, interaksi bangsa-bangsa non-Eropa (Tiongkok, India, Arab) dengan Nusantara yang melibatkan komoditas Rempah Nusantara sudah eksis sejak sebelum masa kolonialisme di Nusantara. Inilah yang coba digali lebih dalam melalui residensi ini," katanya saat dihubungi, Jumat (29/12/2023).

Menurut dia, Qatar serius dalam pengembangan di bidang warisan (heritage) budaya. "Mereka punya museum dan perpustakaan yang dikelola secara profesional, untuk mengembangkan kebudayaan. Apalagi, Qatar punya program kemitraan dalam kebudayaan, yang pada tahun ini Qatar bermitra dengan Indonesia," katanya.

Selama sebulan melaksanakan residensi di Qatar, dia menemukan banyak informasi dan narasi mengenai Jalur Rempah dan jejak Indonesia di negeri Arab, terutama dari naskah-naskah kuno. Salah satunya peninggalan Indonesia pada masa lampau di Qatar. "Qatar itu menyimpan 50 persen peninggalan dari kapal karam Cirebon, kira-kira abad ke-9 dan ke-10. Sedangkan sisanya lagi berada di Belgia," katanya.

Penelusuran jejak Jalur Rempah berupa Cagar Budaya sudah dilakukan sejak tahun 2020 hingga 2023 di 67 kabupaten/kota pada 32 provinsi di Indonesia. Hasilnya, sebanyak 150 Cagar Budaya yang diduga berkaitan dengan Jalur Rempah berhasil diidentifikasi.

Program Apresiasi Pelaku Budaya di Jalur Rempah mendapatkan dukungan penuh dari lembaga-lembaga mitra di negara tujuan, seperti Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Doha dan New Delhi, National Museum of Qatar (NMoQ), Qatar National Library (QNL), Year of Culture (YoC), Heritage Society, dan lainnya. (zed/rin)

× Image