Home > Serba Indonesia

Transformasi Sampyong, Ubah Citra yang tak Lagi Menyeramkan

Tradisi Sampyong kini telah melakukan beberapa transformasi bentuk karena banyak pemain yang cedera hingga meninggal.
Sampyong dari Majalengka (budaya-indonesia.org)
Sampyong dari Majalengka (budaya-indonesia.org)

DIPLOMASI REPUBLIKA, MAJALENGKA--Majalengka, salah satu daerah di Jawa Barat yang juga menyimpan tradisi lisan, dari mulai gaok hingga sampyong. Tradisi tersebut sudah dikatakan hampir punah. Maka itu, Tim Kepedulian Masyarakat Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) melakukan kegiatan revitalisasi budaya terhadap Tradisi Lisan Sampyong di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, pada 14-15 September 2023.

Tradisi Sampyong kini telah melakukan beberapa transformasi bentuk karena banyak pemain yang cedera hingga meninggal. Selain sepasang pemain dan Malandang (wasit), Sampyong modern juga diiringi oleh pemain alat musik serupa gamelan, seperti terompet, kendang, goong, dan kolenang.

Muhammad Reyhan Emirel Ardh selaku ketua Tim Pengabdi mengatakan, kegiatan tersebut dilakukan karena kepedulian dan kepekaan akademis dalam melestarikan budaya leluhur Sunda, yaitu Tradisi Sampyong. "Sampyong yang menjadi identitas budaya Sunda, khususnya di Kabupaten Majalengka sudah langka dan rawan punah," katanya, dalam keterangan tertulisnya, dikutip Senin (13/11/2023).

Selain itu, menurut dia, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas, sekaligus mengubah citra Sampyong yang menyeramkan menjadi hiburan yang menyenangkan. Oleh karena itu, tim pun bekerja sama dengan Paguyuban Sampyong Karang Kamuning, Sirah Dayeuh Kabupaten Cijati.

"Komunitas dan paguyuban tersebut memiliki bentuk dan versi baru dari Sampyong. Dengan adanya versi baru, membuat kesan dari Sampyong yang awalnya menyeramkan menjadi hiburan yang menarik," katanya.

Ketua Paguyuban, Abah Anom Aduy Mangkubumi atau yang kerap disapa sebagai Abah UU, menyebutkan Tradisi Sampyong adalah tradisi asli dari Kabupaten Majalengka. Pertunjukannya adalah dengan diperankan oleh dua orang pemain yang saling memukulkan rotan sepanjang 60 cm sebanyak 3 kali pukulan. Pemain hanya memukulkan 3 kali giliran pada bagian kaki saja. Bagian yang boleh dimainkan, yaitu dari panggul hingga mata kaki. Selain pemain utama terdapat wasit atau Malandang.

Abah Anom Aduy Mangkubumi atau Abah UU pun mengisahkan sejarah Samyong.

Menurut Abah UU,... (ke halaman berikutnya)

× Image