Home > Serba Indonesia

Cethe Tulungagung Padukan Ampas Kopi dan Seni

Cethe mirip dengan seni menghias rokok di Rembang, Jawa Tengah.
Komunitas pegiat cethe di Jakarta Coffee Week 2023. (Republika/Christiyaningsih)
Komunitas pegiat cethe di Jakarta Coffee Week 2023. (Republika/Christiyaningsih)

DIPLOMASI REPUBLIKA, JAKARTA -- Kota Tulungagung selain dikenal sebagai Kota Marmer, juga dikenal sebagai Kota Cethe. Cethe merupakan seni yang sudah mentradisi di Tulungagung, Jawa Timur.

Apa itu Chete? Chete dalam bahasa Jawa berarti ampas rokok. Cethe adalah seni menghias rokok dari ampas kopi. Kegiatan menghias ataupun melukis ini bisa disebut dengan membatik karena jika melihat hasilnya, rokok yang dihias itu akan bermotif seperti batik.

Cethe mirip dengan seni menghias rokok di Rembang, Jawa Tengah, yang disebut nglelet. Namun, kopi di Rembang berbeda jenis dan warna, yakni lebih cokelat.

Asal mula cethe atau nyethe tidak diketahui secara pasti. Menurut cerita yang beredar, ada yang menyebutkan sejak kemunculan rokok di Tulungagung dan tradisi nyethe terkait dengan pesantren.

Namun, penelitian Yussi Ambar Sari (2020) menyebutkan sejarah nyethe berawal dari para petani dan para santri yang gemar mengoleskan endapan atau ampas kopi ke rokok kretek, dan itu berlangsung sejak 1980. Endapan kopi itu katanya memengaruhi aroma dan cita rasa yang berbeda dari batang rokok biasa.

Di Tulungagung, cethe memiliki komunitas. Pegiat cethe mengadakan kompetisi beberapa bulan sekali. Penilaiannya berdasarkan, antara lain, keunikan motif, kerapian hasil karya, dan kebersihan gambar.

Komunitas pegiat cethe memperkenalkan seni tersebut di Jakarta Coffee Week 2023 pada Sabtu (4/11/2023). Lokasinya di ICE BSD City, Tangerang, Banten.

Setiap seniman cethe memiliki kekhasan dalam teknik menghias rokok. Bentuk dan ragam cethe disesuaikan dengan kreativas masing-masing. “Jadi, setiap orang punya ciri khas masing-masing, misalnya ada yang suka menggambar motif batik, simetris, atau abstrak,” kata salah satu pegiat, Dany Agus Setiawan, seperti dikutip dari berita Republika, Ahad (12/11/2023).

Rangkaian dalam melakukan cethe terbilang agak rumit. Sebelum digunakan untuk menghias rokok, ampas kopi dikeringkan dengan ditutup tisu selama beberapa saat. Setelah itu, ampas tersebut dicampurkan dengan susu kental manis dengan perbandingan 2:1. Dany menjelaskan bahwa jika masih terlalu kental, campuran itu dapat ditambahkan lagi susu kental manis atau air agar dapat digunakan dengan mudah untuk menghias rokok pakai tusuk gigi.

Pelukis seni cethe harus memperhatikan racikan ampas kopi yang digunakan sebagai “cat” menggambar. Karena jika cairan tersebut terlalu basah, pinggiran dari motif yang dibuat lama-kelamaan akan berwarna cokelat.

“Kalau racikannya pas, setelah kering ini nanti warnanya bisa bertahan sampai setahun jika disimpan dalam wadah kedap udara,” kata Dany.

Jika racikan cethe yang dihasilkan tepat, motif yang digambar akan tetap berwarna hitam walaupun cairan ampas kopi sudah kering.

Semua kopi bisa dijadikan sebagai 'alat lukis' cethe karena yang diperlukan hanya ampas kopinya. Akan tetapi, sebaiknya kopi yang digunakan untuk menghasilkan seni cethe adalah jenis Kopi Ijo khas Tulungagung karena ampasnya yang berwarna hitam pekat.

Menurut Dany, sebagian besar pelaku seni cethe melakukan hal tersebut sekadar hobi. Namun, tidak sedikit pula hasil karya mereka yang dijual untuk koleksi. (rin)

× Image