Tatarucingan, Bentuk Teka-Teki Sunda
DIPLOMASI REPUBLIKA-- Masyarakat Sunda di Jawa Barat mengenal istilah tatarucingan atau tuturucingan. Tatarucingan adalah teka-teki tradisional Sunda. Kegiatan mengasah otak yang sering kali menjadi ajang hiburan bagi masyarakat Sunda. Keberbudayaan dan keluasan pengetahuan seseorang diuji melalui kegiatan tersebut. Di antara anak-anak, kegiatan ini justru dijadikan hiburan sambil bersenda gurau.
Menurut penelitian (Ibnus, 2018), tatarucingan dianggap dapat menunjukkan kebiasaan dan karakter masyarakat Sunda yang humoris dan menghargai kejenakaan. Bahkan, tatarucingan disebut dapat membuktikan bahwa masyarakat Sunda begitu memperhatikan hal-hal detail di sekitarnya. Kosakata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari sering kali dijadikan topik bahasan di tatarucingan.
Contoh tatarucingan:
"Kuli ku limaan tapakna dibawa ngomong"
Jawaban: Nulis
"Setan naon anu bisa nangtungkeun sapedah"
Jawaban: Setandar
Masyarakat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memiliki sastra lisan yang berupa teka-teki, yaitu hiem. Ada penelitian yang mengungkapkan bahwa terdapat persamaan antara beberapa hiem Aceh dan tatarucingan Sunda.
Dikutip dari Ensiklopedi Sunda, diketahui bahwa ada penulis buku mengenai teka-teki tradisional ini. Mas Natawiria menyusun Tuturucingan Basa Sunda (Jakarta, 1914) dan Henri Guntur Tarigan dan Undang Misdan pernah menjadi penyusun buku Tatarucingan, Teka-Teki Sunda (Bandung, 1980) yang disertai keterangan dalam bahasa Indonesia. (rin)