Ribut-Ribut AS dan Rusia Ihwal Pengerahan Senjata Nuklir
DIPLOMAS REPUBLIKA, MOSKOW – Rusia melakukan kesepakatan dengan Belarusia, menempatkan senjata nuklir taktisnya di Belarusia. Tanggapan berdatangan, terutama dari Amerika Serikat (AS). Maka, tak terhindarkan perang pernyataan pun menjelma.
Menteri pertahanan Rusia dan Belarusia, Kamis (25/5/2023) bersepakat soal penempatan senjata nuklir di Belarusia, yang disimpan fasilitas penyimpanan khusus. ‘’Kami harus melakukannya, maka pemindahan sudah dimulai,’’ kata Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.
Rusia menyatakan langkah di Belarusia merupakan penempatan pertama sejenis itu di luar perbatasannya sejak kejatuhan Uni Soviet pada 1991. Sehari kemudian, Presiden AS Joe Biden melontarkan komentarnya atas langkah Rusia itu.
’’Reaksi saya, benar-benar negatif,’’ ujarnya singkat ketika ditanya wartawan soal langkah AS, sebelum ia meninggalkan Washington menuju Camp David. Kedubes Rusia di Washington, AS tentu tak tinggal diam. Mereka menimpali ujaran Biden.
Sebelumnya, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller menggambarkan, tindakan Rusia itu merupakan perilaku tak bertanggung jawab Rusia setelah mereka menginvansi Ukaraina pada Februari tahun lalu.
Miller kembali mengingatkan’’Penggunaan senjata kimia, bilogi, atau nuklir dalam konflik akan menuai konsekuensi keras.’’ Namun ia tak mendeskripsikan apa konsekuensi yang mungkin dihadapi Rusia dengan tindakannya tersebut.
Kedubes Rusia menyebut, kritik Biden terhadap penempatan senjata nuklir taktis ke Belarusia mengungkapkan kemunafikan AS. ‘’Sebelum menyalahkan orang lain, mestinya Washington becermin lebih dulu,’’ demikian pernyataan Kedubes Rusia di Washington.
AS selama berpuluh-puluh tahun, ungkap mereka, melakukan hal yang sama di seantero Eropa. Rusia menyatakan, ini kedaulatannya dan Belarusia menjamin keamanan mereka, di tengah perang hybrid yang dilancarkan AS.
‘’AS sudah berpuluh-puluh tahun menempatkan senjata nuklir dalam jumlah besara di Eropa. Bersama NATO, mereka mengatur skenario penggunaan senjata nuklir terhadap kami,’’ ujar pihak kedubes Rusia seperti dikutip Aljazirah, Sabtu (27/5/2023).
Senjata nuklir taktis digunakan untuk memperoleh kemenangan taktis di medan perang. Namun biasanya kemenangan kecil saja jika dibandingkan senjata nuklir strategis yang memang dirancang untuk menghancur kota-kota di AS, Eropa, atau Rusia.
Menurut AS, saat ini dunia menghadapi bahaya nuklir mengerikan sejak Krisis Rudal Kuba pada 1962 Cuban Missile Crisis karena pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin sepanjang konflik Ukraina ini. Namun, Moskow berdalih posisinya ini disalahartikan oleh AS dan sekutunya.
Putin yang menyebut invasi ke Ukaraina upaya bertahan dari Barat yang agresif, berulang kali mengingatkan Rusia akan menggunakan segala macam cara untuk mempertahankan diri. AS dan sekutunya mengartikan pernyataan itu termasuk penggunaan senjata nuklir.
Rusia memiliki lebih banyak senjata nuklir dibandingkan negara-negara lainnya. Di sisi lain, AS menempatkan senjata-senjata nuklirnya di Eropa Barat sejak Presiden Dwight D Eisenhower mengesahkannya pada Perang Dingin untuk mengantisipasi ancaman Uni Soviet.
Penempatan pertama senjata nuklir AS dilakukan di negara sekutu terdekatnya, Inggris, pada 1954. Sebagian besar detail informasi terkait penempatan senjata nuklirnya di negara lain masuk dalam kategori rahasia.
Namun, the Federation of American Scientists mengungkapkan, AS memiliki 100 senjata nuklir taktis B61 yang ditempatkan di sejumlah negara Eropa yaitu Italia, Jerman, Turki, Belgia, dan Belanda. (reuters/fer)