NASA Pilih Perempuan Pertama untuk Misi ke Bulan
DIPLOMASI REPUBLIKA, NEW YORK – Sejumlah negara memilih astronaut perempuan untuk menjelajah angkasa. Terbang ke bulan. AS salah satunya, ada juga Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi. Mereka mengandalkan kemampuan perempuan untuk dilatih kemudian mengeksplorasi ruang angkasa.
Pada Senin (3/4/2023), NASA, lembaga antariksa milik AS menunjuk perempuan pertama sebagai astronaut untuk misi ke bulan, yakni Christina Koch (44 tahun), seorang insinyur. Ia menjadi mission specialist untuk pesawat Artemis II, yang dijadwalkan terbang awal tahun depan.
Ia bakal terbang bersama tiga rekan lainnya. Di antaranya, Victor Glover (46) penerbang di angkatan laut AS, yang pernah ikut empat ekspedisi ke Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS). Ia diberi kepercayaan menjadi pilot Artemis II.
Glover menjadi astronaut Amerika Afrika pertama yang dikirim untuk misi ke bulan. Koch dan Glover bersama dua rekan lainnya, yaitu Jeremy Hansen dan Reid Wiseman diperkenalkan ke publik di Johnson Space Center, pangkalan kendali misi NASA pada Senin.
‘’Kru Artemis II mewakili ribuan orang yang bekerja tanpa lelah membawa ke angkasa. Ini kru kemanusiaan,’’ kata Bill Nelson, administrator NASA. Pada Ahad, Presiden Joe Biden menyampaikan selamat secara pribadi kepada empat kru Artemis II itu.
Artemis II menandai debut penerbangan dengan kru ke bulan, tetapi bukan pendaratan pertama di bulan, yang merupakan program kelanjutan Apollo. Tujuannya untuk mengirim kembali astronaut ke permukaan bulan.
Selain membangun outpost berkelanjutan di permukaan bulan sebagai pijakan bagi manusia masa depan mengeksplorasi Mars. Misi Artemis I selesai pada Desember 2022. Artemis II menjalankan misi 10 hari perjalanan mengitari bulan dan kembali ke bumi.
Pesawat ini akan berjalan 10.300 km ke sisi terjauh bulan sebelum pulang. Jika misi Artemis II sukses, NASA berencana melanjutkannya dengan misi lainnya. Mengirimkan astronaut, salah satunya perempuan menggunakan Artemis III ke kutub selatan bulan.
Lalu, misi berkru lainnya dilakukan setahun sekali. Dibanding dengan Apollo, yang lahir di tengah Perang Dingin AS-Uni Soviet, Artemis merupakan program yang lebih luas cakupannya. Melibatkan mitra, seperti SpaceX, lembaga ruang angkasa Kanada, Eropa, dan Jepang.
Sementara itu, Nora Al-Matrooshi dari Uni Emirat Arab (UEA) pada Juli 2021 merupakan perempuan Arab pertama yang menjalani pelatihan astronaut. Ia menjadi bagian dua orang yang terpilih, menyingkirkan ribuan kandidat lainnya.
Matrooshi, seorang insinyur mekanik dari Sharjah. Ia sejak belia bermimpi terbang ke ruang angkasa. Suatu hari ini dia berkeinginan untuk ke ruang angkasa, melanjutkan dengan cara berbeda, tradisi leluhurnya yang pelaut, mengeksplorasi langit untuk kepentingan pelayaran.
‘’Keluarga dari ibu adalah para pelaut. Mereka mengeksplorasi lautan. Istilah astronaut dalam bahasa Yunani berarti ‘pelaut bintang’,’’ ujar Matrooshi seperti dilansir laman berita Arab News, 9 Juli 2021.
Ia bersama rekan senegaranya, Mohammad Al-Mulla, tahun itu mengikuti pelatihan milik NASA, Johnson Space Center. Sebelumnya, ada Sultan Al-Neyadi dan Hazza Al-Mansoori dari UEA juga. Negara ini menjadi pendatang baru dalam eksplorasi ruang angkasa.
Namun, mereka dengan cepat menandai pencapaiannya. Pada 2019, UEA mengirimkan warga pertamanya ke ruang angkasa. Bagian dari tiga anggota kru yang didorong terbang dengan roket Soyuz dari Kazakhstan dalam misi delapan hari.
Pada September 2020, Abu Dhabi menyampaikan rencananya meluncurkan kendaraan tanpa awak ke bulan pada 2024. Bila terwujud, ini menjadi perjalanan pertama ke bulan oleh negara Arab. "Jika saya bisa melakukannya, Anda juga bisa.’’
Ia menambahkan, kalau seseorang benar-benar fokus dengan apa yang dilakukannya, mestinya mereka bekerja keras untuk dan raih kesempatan yang ada.
Saudi pun akan mengirimkan astronaut perempuan dan laki-laki pertama ke International Space Station (ISS) pada kuartal kedua 2023. Astronaut Rayyanah Barnawi dan Ali AlQarni akan bergabung dengan kru misi ruang angkasa AX-2.
‘’Langkah ini untuk memperkuat kemampuan Saudi terkait ruang angkasa dan meraih kesempatan yang ditawarkan industri ruang angksa,’’ demikian pernyataan Saudi Press Agency. Ini bersejarah bagi Saudi karena mengirimkan dua astronaut berkebangsaan sama dalam satu misi. (fer)