Seri Kartini Baru (2): Veronika Andrews, Manajer Senior Boeing
Tulisan ini bagian dari seri kisah tiga Kartini modern yang bertutur dalam webinar "Transformasi Kartini Baru: Perempuan Hebat Indonesia Semakin Bermartabat", Senin (18/4/2022). Webinar itu digelar oleh Konsulat Jenderal RI San Francisco, AS. Ketiga narasumber tersebut yakni Moorissa Tjokro, Veronika Andrews, dan Ake Pangestuti. Berikut kisah mereka.
DIPLOMASI REPUBLIKA -- Veronika Andrews adalah manajer senior pada perusahaan aviasi ternama dunia, 777X Avionics Common Core System (CCS) Boeing. Pencapaiannya saat ini bukan tanpa tantangan. Perjuangan, kegagalan, dan kemenangan mengisi perjalanan hidupnya.
“Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang,”ujar penggemar memotret ini, mengutip kata-kata yang disampaikan Presiden Soekarno dulu.
Ibu yang saat ini berkarir sebagai manajer senior di Boeing ini mengawali karirnya justru di bidang perhotelan di Bandung. Tak pernah terbesit pula, lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNS tersebut, bisa menjadi manajer pada salah satu hotel internasional di Kota Kembang itu.
“Perjalanan hidup itu bisa berliku, yang penting kita semangat untuk terus berjuang dan sukses dalam bidang apapun yang ditekuni,” imbuhnya.
Perjalanan menuju posisi bergengsi di Boeing juga bukan perjalanan tanpa liku. Ia pernah ‘menjajal’ berbagai pekerjaan tanpa kenal malu dan lelah, seperti bersih-bersih rumah, mengajar, hingga menjadi asisten di laboratorium komputer.
“Saya sendiri mulanya hanya sebagai pegawai kontrak tiga bulan,” ceritanya.
Perempuan tamatan S2 University of Phoenix Arizona tersebut terus membuktikan ia bisa bekerja dengan baik. Pada 2008, akhirnya ia diterima sebagai pegawai tetap sebagai Integrated Schedules Specialist di tim 747/767 Boeing. Hanya perlu kurang dari 11 tahun yaitu pada Februari 2019, Vero akhirnya mendapatkan posisi bergengsi sebagai manajer senior di perusahaan penerbangan terbesar di dunia tersebut.
Bagi Veronika, belajar dari perjalanan hidupnya yang keras mengantarkannya pada posisinya sekarang ini. Kunci kesuksesannya adalah kerja keras dan komitmen pada tujuan yang ingin dicapai.
“Hidup ini keras, maka kita harus lebih keras lagi untuk bisa mengatasinya,” ujarnya.
Pengalaman lain yang memperkayak makna hidup Veronika adalah saat ini menjadi penyintas kanker pankreas. Tantangan lainnya adalah menghadapi berbagai stigma negatif sebagai “orang Asia” dan perlakuan diskriminatif sebagai seorang perempuan di tengah jenis pekerjaan yang didominasi kaum pria, juga pernah dialaminya. Namun semua itu tak pernah membuatnya jatuh. Ia justru buktikan dengan komitmen, kerja keras, dan karya nyata.
Kesuksesan karir tidak lantas membuatnya tidak peka terhadap isu-isu sosial dan kemanusiaan. Veronika menikah dengan pria berkebangsaan AS. Kini ia memiliki tiga anak, aktif dalam mengkampanyekan kesetaraan, kegiatan advokasi, keberagaman dan inklusivitas di Boeing.
Penghargaan Boeing Global Diversity and Inclusion Award 2018 serta Society of Asian Science and Engineers (SASE) Advocate Awards 2019 menjadi bukti nyata keseriusannya dalam mengadvokasi berbagai masalah sosial dan kemanusiaan. Kepercayaan korporasi terhadap profesionalisme dan kemampuan interpersonalnya juga membuatnya dipercaya sebagai President of Boeing Asian Pacific Association (BAPA) dan Vice President of Boeing Indonesian Association (BIA) saat ini.
Menurut Konjen RI San Francisco, Prasetyo Hadi, kehadiran perempuan sangat penting dalam upaya mendorong pembangunan Indonesia. Seperti halnya kaum pria, peran besar perempuan di berbagai bidang telah banyak berhasil menjadi inspirasi dan katalisator semangat untuk perempuan lain dalam kiprahnya masing-masing bahkan bagi generasi muda Indonesia.
“Kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi kaum perempuan Indonesia lainnya, baik di tanah air maupun Amerika Serikat seperti halnya dedikasi Kartini dan banyak pahlawan perempuan Indonesia lainnya yang menggerakkan emansipasi perempuan Indonesia di masa kolonial dulu,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Diplomasi Republika, Rabu (20/4).
Webinar ini digelar melalui platform Zoom dan dapat disaksikan pula di Youtube akun KJRI San Francisco. Acara ini dipandu moderator Michelle Koesmono, seorang mahasiswa Indonesia di Universitas California Berkeley.
Veronika adalah“Kartini baru” yang telah menetap lama di Amerika Serikat. Ia memiliki peran sendiri dalam membawa nama baik perempuan Indonesia. Semangat Kartini tidak hanya digandrungi oleh kaum perempuan dalam negeri, tapi juga oleh banyak perempuan Indonesia di luar negeri, tidak terkecuali mereka bertiga ini yang terus membawa semangat baru Kartini.
Baik Moorissa, Veronika maupun Ake, berbeda dalam hal etnis dan latar belakang. Namun, mereka sama dalam beberapa hal fundamental dengan Kartini, yakni kepedulian pada pendidikan, kesetaraan, perjuangan, pengabdian dan kemajuan. Melalui bidang karya masing-masing, mereka tidak kenal lelah untuk menunjukan contoh “Kartini masa kini” sukses, hebat di Amerika Serikat bahkan dunia internasional.
Ada 13.885 warga Indonesia di wilayah kerja KJRI San Francisco yang terdiri dari berbagai pekerja profesional sektor IT, bisnis, akademisi, tenaga medis, hingga pelaku seni. Semuanya merupakan “duta Indonesia” yang memainkan perannya masing-masing dalam membangun kemajuan untuk Indonesia tercinta.
Kecerdasan, peningkatan emansipasi, kesetaraan, dan kemajuan menjadi tema sentral bagi peringatan Hari Kartini di era modern saat ini. Jika dulu Kartini berliterasi melalui surat yang menyampaikan aspirasi persamaan hak dalam pendidikan, maka kini perempuan bahkan seluruh elemen masyarakat perlu terus memperjuangkan kesetaraan, keadilan dan kemajuan untuk memberikan sumbangsih positifnya bagi bangsa dan negara. (yen)