Ungkapan Ikatan Batin Warga Palestina: Kami Masih Takut Merasa Bahagia
DIPLOMASI REPUBLIKA, BEITUNIA – Gencatan senjata Israel-Hamas pada Jumat (24/11/2023) pekan lalu dibarengi kesepakatan pembebasan tahanan dan sandera. Hal yang sama dilakukan melalui perpanjangan gencatan senjata dua hari pada Selasa (27/11/2023) hingga Kamis pagi mendatang.
Warga Palestina yang dibebaskan dari tahanan Israel, merasa lega tetapi mereka diliputi pula kesedihan dengan apa yang terjadi di Gaza. Wilayah ini hancur akibat serangan udara yang dilakukan pasukan Israel yang menyebabkan puluhan ribu orang kehilangan nyawa.
Pada Jumat pekan lalu, 39 perempuan Palestina dan tahanan minoritas dengan berbagai dakwaan dibebaskan berdasarkan kesepakatan Hamas-Israel yang dimediasi Qatar. Hamas membebaskan 13 orang yang mereka sandera setelah serangan 7 Oktober 2023.
‘’Tak ada kegembiraan yang benar-benar dirasakan, meski sedikit kegembiraan kami rasa saat menunggu pembebasan,’’ kata Sawsan Bkeer, ibu dari Marah Bkeer (24 tahun) yang dijatuhi hukuman penjara delapan tahun oleh Israel karena serangan dengan pisau pada 2015.
Polisi Israel terlihat mengawal Sawsan ke rumahnya di Yerusalem sebelum anak perempuannya itu dibebaskan. ‘’Kami masih takut merasa bahagia dan pada saat yang sama kami tak mungkin bahagia melihat apa yang terjadi di Gaza,’’ ujarnya.
Lebih dari 100 warga Palestina dibebaskan dalam kurun empat hari menyusul gencatan senjata pada Jumat. Perpanjangan gencatan senjata memungkinkan lebih banyak tahanan menghirup udara bebas setelah beberapa lama mendekam di penjara Israel.
Di Beitunia, kota dekat Ramallah, wilayah pendudukan Israel di Tepi Barat, kerumunan massa yang kebanyakan anak muda, menyambut tahanan yang dibebaskan dengan seruan gembira, membunyikan klakson mobil, dan berjalan sambil membawa bendera Palestina.
Beberapa kelompok orang juga membawa bendera Hamas yang memerintah wilayah Gaza. Mereka menyerukan dukungan kepada Abu Ubaida, juru bicara sayap bersenjata Hamas.
‘’Saya tak dapat mengungkapkan yang saya rasakan. Alhamdulillah,’’ ujar Laith Othman. Ia harus mendekam di penjara Israel awal tahun ini karena dicurigai melemparkan perangkat peledak ke aparat keamanan Israel dan dibebaskan pada Jumat lalu.
Ia pun mengungkapkan pengalamannya dalam penjara Israel. "Situasi di dalam penjara sangat sulit,’’ ujarnya sambil diarak di jalan. Sementara, Ismail Shaheen, yang berada di kamp pengungsi Dheisheh, Bethlehem, menunggu bertemu kembali dengan anak perempuannya, Fatima.
Fatima ditahan di penjara Israel awal tahun ini dengan tuduhan berupaya menikam aparat. Perempuan ahli komputer (32 tahun) yang memiliki anak perempuan berusia lima tahun itu ditembak saat penahanannya oleh tentara Israel.
Shaheen terkejut melihat anaknya berada di kursi... (halaman berikutnya)