Tips Menjadi Sastrawan dari Ahmad Tohari yang tak Sekadar Tulis Surat Cinta
DIPLOMASI REPUBLIKA--Sastrawan yang juga budayawan, Ahmad Tohari, tentu namanya sudah tidak asing lagi di dunia sastra. Dia banyak melahirkan karya sastra, antara lain novel Kubah, novel Bekisar Merah, dan trilogi Ronggeng Dukuh Paruk yang sudah difilmkan. Itu belum termasuk karya nonfiksi yang berupa esai dan tulisan kritisnya yang dipublikasikan di berbagai media massa.
Meski demikian, sebagai penulis, dia tentu pernah berada di fase menjadi pemelajar ketika mulai berkarya. Dia mengaku, mengasah bakatnya untuk menjadi penulis pertama kali lewat seringnya menulis surat cinta, seperti dikutip dari berita Republika.
Berita Republika mengisahkan perjalanan awal karier sang sastrawan. Berawal dari masa muda Ahmad Tohari ketika di SMA. Kala itu, Tohari sering kali menuliskan surat cinta untuk sang kekasih yang kini telah menjadi istrinya. Melalui surat-surat cinta tersebut, Tohari mulai belajar mencurahkan perasaannya dalam bentuk tulisan.
Baik menjadi penulis karya sastra maupun karya nonsastra, mungkin merupakan salah satu cita-cita atau hobi baru Anda. Kalau demikian, Ahmad Tohari membeberkan sejumlah tip untuk menjadi penulis produktif seperti dirinya, yang pernah mengisi rubrik 'Resonansi' Republika ini.
Tip pertama, seorang calon penulis wajib senang membaca agar memiliki wawasan yang luas. Kedua, mencintai bahasa, dalam hal ini bahasa Indonesia. Ketiga, mulailah menumbuhkan kebiasaan menulis, misalnya melalui hal-hal yang sederhana, seperti menulis buku harian, jurnal digital, ataupun menulis surat cinta seperti yang dulu ia lakukan.
Tip terakhir adalah calon penulis membiasakan diri untuk menuliskan setiap kata secara utuh dalam berbagai kesempatan, baik saat menulis di blog maupun saat menuliskan pesan singkat. "Lakukan itu selama setahun dengan sepenuh hati, kamu akan menjadi penulis," katanya saat diwawancara reporter Republika pada 2016. (rin)