Seniman Kanada Revitalisasi Bahasa yang Terancam Punah Lewat Musik
DIPLOMASI REPUBLIKA-- Seorang seniman musik yang juga komposer, Jeremy Dutcher, berusaha melakukan revitalisasi terhadap bahasa asli komunitasnya lewat musik.
Dutcher (32 tahun) merupakan anggota Wolastoqiyik dari Tobique First Nation di New Brunswick, Kanada. Bahasa Wolastoqey adalah bahasa asli komunitasnya yang terancam punah dan semakin langka. Dia menjadi salah satu penutur bahasa, yang kurang dari seribu penuturnya.
Tetua komunitas dan ibunyalah yang memperkenalkan bahasa tersebut kepadanya saat dirinya beranjak dewasa. Menurut dia, bahasa itu masih banyak dituturkan semasa ibunya muda, bahkan menjadi alat komunikasi sehari-hari. Namun, seiring berjalannya waktu, penutur bahasa Wolastoqey semakin berkurang. Sejak memutuskan untuk fokus menekuni musik, dia pun mulai menghidupkan kembali bahasa tersebut lewat lirik pada lagu-lagu ciptaannya.
Dia mengatakan musik memiliki peran penting dalam proses merevitalisasi bahasa dan budaya komunitasnya.
"Saya tidak tumbuh sebagai seorang penutur yang fasih, tetapi saya telah bekerja sangat keras untuk memastikan bahwa hal tersebut menjadi bagian dari pengalaman saya sehari-hari," katanya dalam wawancara Vogue, yang dikutip pada Rabu (25/10/2023).
Album pertama Dutcher, yakni Wolastoqiyik Lintuwakonawa, dirilis pada 2018. Upaya menggiatkan akar budayanya, terutama bahasa, membuahkan hasil. Album ini mendapatkan penghargaan tertinggi Kanada untuk kategori album terbaik, Polaris Music Prize. Lagu-lagu dalam album tersebut sepenuhnya dinyanyikan dalam bahasa Wolastoqey, tanpa ada sisipan terjemahan.
Lima tahun kemudian, ia merilis album musik berjudul Motewolonuwok. Kali ini, dia bernyanyi dalam dwibahasa, bahasa Wolastoqey dan bahasa Inggris. Meski demikian, Dutcher masih menyoroti kultur komunitasnya beserta kisah mereka. (rin)