Belanja Rudal Hingga Pesawat Tempur di Paris Air Show
DIPLOMASI REPUBLIKA, PARIS – Pameran terbesar yang memajang produk-produk pertahanan udara, Paris Airshow kembali menarik perhatian. Produsen bersaing memikat konsumen dengan beragam produk dari rudal, drone, hingga pesawat tempur dan komersial.
Pameran di Le Bourget ini merupakan yang pertama setelah perhelatan pada 2021 di tengah pandemi Covid-19. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi arena pameran pesawat. Termasuk melihat demonstrasi terbang jet Airbus, A321XLR juga pesawat tempur Rafale.
Perang Ukraina membayangi pameran ini. Rusia tak hadir di hall pameran karena sedang mendapatkan sanksi dari negara-negara Eropa. Padahal pada kegiatan empat tahun lalu mereka masih datang memamerkan produk-produknya.
Di sisi lain, sejumlah pejabat Ukraina dan perusahaan dirgantara dijadwalkan menghadiri pameran ini. Perusahaan Prancis, Thales mengumumkan kontrak dengan Indonesia atas pembelian radar pengintai jarak jauh.
Para produsen pesawar juga berharap mampu memenuhi pesanan yang diperkirakan bakal membeludak seiring dibukanya kembali penerbangan komersial dunia pascapandemi Covid-19. Mereka pun dipacu untuk mencapai tujuan nol emisi pada 2050.
Namun mereka harus menghadapi tantangan memenuhi permintaan untuk karena harus berhadapan dengan ongkos yang meninggi, langkanya suku cadang dan tenaga kerja berketerampilan setelah pandemi berlalu.
Kemungkinan Airbus bakal mengumumkan pemesanan hingga 500 pesawat jet berbadan sempit dari India, yakni IndiGo pada Senin waktu setempat. Para eksekutif di industry ini memperkirakan bakal ada 2.000 pesanan pesawat jet untuk penerbangan komersial.
Airbus akan mengonfirmasi kabar dari Qantas, yang mengumumkan pada tahun ini berencana memesan sembilan A220. ‘’Persusahaan ini juga berpotensi meraih pemesawan jet berbadan sempit dari maskapai asal Meksiko, Viva Aerobus,’’ ungkap sejumlah sumber.
Mereka menuturkan, potensi pemesanan pesawat dari Viva Aerobus itu bisa mencapai 100 unit pesawat. Meski demikian, sejumlah sumber lainnya menyatakan, kemungkinan besar kesepakatan mencapai 60 pesawat saja.
Selama ini, maskapai tersebut menjadi ajang pertempuran antara Boeing dan Airbus.