Setelah 35 Tahun, Jerman Berpaling dari PLTN
DIPLOMASI REPUBLIKA, LINGEN – Jerman selama puluhan tahun mengandalkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Ada PLTN Emsland, berlokasi di barat laut Jerman, 35 tahun mengalirkan listrik bagi jutaan rumah serta menyediakan pekerjaan dengan bayaran bagus.
Kini, PLTN Emsland dan dua PLTN lainnya dalam proses ditutup. Sebuah proses yang berlangsung lama untuk berpaling dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan nuklir. Jerman bertekad membangun pembangkit dengan sumber energi berkelanjutan.
Hitungan mundur, Sabtu (15/4/2023) untuk penutupan PLTN, tertunda beberapa bulan karena khawatir tak ada pasokan listrik karena perang Ukraina, dilihat dengan lega oleh warga Jerman yang menentang keberadaan PLTN.
Dengan harga energi yang kian meninggi dan perhatian terhadap perubahan iklim, sejumlah negara memandang tindakan Jerman itu gegabah. Di tengah keputusan Jerman menutup PLTN-nya, negara lain di Eropa justru berencana membangun PLTN baru.
Atau mereka menunda komitmen menghentikan PLTN yang sudah ada. ‘’PLTN Emsland berkontribusi besar bagi pembangunan ekonomi kawasan ini,’’ujar Albert Stegemann, petani pemerahan susu dan anggota parlemen dari Partai Kristen Demokrat, Jumat (14/4/2023).
Ia mewakili daerah pemilihan Lingen dan beberapa wilayah yang berdekatan dengannya di parlemen federal. Tak seperti rekan-rekan konservatif lainnya, Stegemann tak khawatir Jerman akan gelap ketika tiga reaktor yaitu Emsland, Neckarwestheim II, dan Isar II dimatikan.
Penutupan tiga PLTN lainnya pada akhir 2021, mengurangi kontribusi aliran listrik sekitar lima persen tetapi tak mengakibatkan adanya pemadaman. Laki-laki berusia 47 tahun ini realistis atas kurangnya dukungan pada teknologi PLTN ini dari warga pemilih.
Meski Stegemann sebenarnya bagian dari kelompok masyarakat mayoritas di Lingen yang mendukung keberadaan PLTN.’’Dalam jangka panjang, PLTN tentu bukan teknologi masa depan. Namun, untuk saat ini, bagus jika kita bisa mengandalkan teknologi nuklir ini.’’
Terlepas dari invasi Rusia ke Ukraina dan tantangan perubahan iklim,’’Bijak jika kita menunda penghentian operasi PLTN, dua atau tiga tahun lagi.’’ Para politisi, ujar dia, perlu beradaptasi dengan perubahan. Ia yakin pemerintahan tak melakukannya sama sekali.
Beralih ke hidrogen
Peter Fox-Penner, mantan pejabat senior di Departemen Energi AS dan kini bekerja di Boston University Institute for Sustainable Energy menuturkan, saat ini PLTN yang sudah ada merupakan sumber penting energi bebas karbon.
Menurut dia, efisiensi energi, angin, dan energy matahari segera menjadi sumber energi yang dominan. ‘’Namun, saat ini paling bijak meneruskan memanfaatkan PLTN yang sudah ada sepanjang memang aman. Itu prioritasnya,’’ kata Penner.
Namun, pemerintahan Kanselir Olaf Scholz bagaimanapun sudah memutuskan, perpanjangan pemanfaatan PLTN untuk sumber energi bukanlah sebuah opsi. Sebab, Jerman menganggap PLTN tetap merupakan teknologi yang berisiko.
‘’Pada akhirnya, risiko itu tak bisa dikontrol bahkan oleh negara dengan berteknologi tinggi seperti Jerman,’’ jelas Menteri Lingkungan Jerman, Steffi Lemke. Ia mencontohkan bencana PLTN Fukushima Jepang pada 2011. Tsunami memukul pasokan dari PLTN itu.
Kenangan atas bencana di Chernobyl pada 1986 juga dasar diakhirinya PLTN termasuk bagi kelompok antinuklir. Di aula Kota Lingen, Wali Kota Dieter Krone menyatakan ada perasaan campur aduk atas penutupan PLTN. Ini akan dilakukan dalam acara kecil di PLTN.
‘’Bagi para staf PLTN, ini momen kesedihan,’’ katanya. Ia pun menekankan, PLTN Emsland selama beberapa dekade menghasilkan listrik dengan aman bagi Jerman dan tetangganya. Namun ia sadar, ini era baru sebab Jerman ingin beralih ke hidrogen.
Lebih dari 12 tahun, Krone dan yang lainnya membujuk publik dan swasta berinvestasi di energi hijau. Salah satu fasilitas produksi hidrogen terbesar di dunia segera beroperasi di Lingen.’’Saya yakin Jerman jadi lokasi produksi hidrogen terbesar,’’ kata Krone. n (ap/fer)