Siapa Pembocor Dokumen Rahasia AS?
DIPLOMASI REPUBLIKA, WASHINGTON – Dokumen rahasia berisi informasi intelijen dan militer bocor dan diunggah secara daring. Lebih dari 50 dokumen yang bocor itu terklasifikasi sebagai informasi ‘’Secret’’ dan ‘’Top Secret’’, yang terdeteksi pada awal Maret 2023.
Komunitas keamanan nasional AS prihatin dengan kenyataan ini. Sebab, informasi yang bocor, di antaranya informasi bersama antarnegara dan hubungan AS dengan negara lain. Termasuk mengenai sekutu dekat Paman Sam, antara lain Israel, Korea Selatan, dan Turki.
Sebelumnya, kebocoran informasi intelijen ini tidak menarik banyak perhatian hingga muncul di artikel New York Times, Jumat (7/4/2023). Kebocoran ini menjadi peringatan di antara pejabat di Pentagon, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) AS.
Persoalannya dengan Kementerian Hukum yang membuka penyelidikan kriminal atas kasus pengungkapan dokumen rahasia itu. Dua pejabat di Kemenhan mengungkapkan, Pentagon mengkaji prosedur bagaimana bisa dokumen rahasia berisi hal sensitif dapat tersebar ke publik.
Sejumlah dokumen, jelas satu pejabat tersebut, memuat informasi sangat sensitif AS dan negara sekutunya, yang secara langsung ataupun tak langsung berpengaruh pada negara-negara tersebut.
Pada Ahad (9/4/2023), Pentagon menyatakan, sedang mengukur seberapa besar dampak kebocoran dokumen itu terhadap keamanan nasional AS dan negara sekutu AS. ‘’Ini prosedur standar yang disebut ‘damage assessment’ atas kebocoran informasi rahasia.’’
Menurut dua pejabat Kemenhan AS itu, informasi yang bocor hanya menyangkut kurun Februari dan Maret. Tak ada dokumen yang berisi mengenai operasi pada masa mendatang. Mereka juga menyatakan, cakupannya tak seluas seperti kebocoran pada 2013.
Saat itu, 700 ribu dokumen rahasia, video, dan kabel diplomatik muncul di laman Wikileaks. Kini, salah satu hal yang menjadi fokus penyelidik adalah motif aksi pembocoran ini. Mereka menduga ada seseorang yang membocorkannya.
Ini tujuannya memamerkan hasil kerja mereka ke komunitas intelijen atau militer AS. Daniel Hoffman, bekas agen senior CIA mengatakan, merujuk aktivitas agen rahasia Moskow, kemungkinan besar mereka yang mengungkap dokumen terkait Ukraina. Bagian dari disinformasi.
‘’Ini praktik klasik mata-mata Rusia, membocorkan dokumen asli kemudian menyisipkan informasi palsu,’’ ujar Hoffman. Tujuannya, terlihat keretakan antara Ukraina dan AS, yang memberikan dukungan militer terbesar.
Sejumlah pakar keamanan nasional dan pejabat AS saat ini mencurigai orang Amerika sendiri pembocornya. Namun, mereka tak menepis kecurigaan pelakunya dari Rusia. Gedung Putih menghindari diskusi terbuka siapa yang kemungkinan dalam kebocoran dokumen rahasia.
Di sisi lain, kebocoran dokumen ini memicu komentar dari negara sekutu AS. Pada Ahad (9/4/2023), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menepis badan intelijen Mossad yang disebut dalam dokumen, mendorong aksi massa menolak perubahan sistem peradilan.
Pejabat di kantor kepresidenan Korsel, pada hari yang sama, menyatakan waspada atas laporan kebocoran dokumen itu dan akan membahasnya dengan Washington. Salah satu dokumen memuat pembicaraan internal di antara pejabat senior Korsel.
Topiknya tentang tekanan AS kepada Seoul untuk memasok senjata ke Ukraina, tetapi kebijakan Korsel tak sejalan dengan AS. Dokumen lain bertanda ‘’Top Secret" memerinci soal kontraktor militer swasta Rusia bertemu ‘kontak’ Turki untuk membeli senjata dari Ankara.
Lengkap dengan linimasa, lusinan akronim militer, dokumen yang beberapa di antaranya bertanda ‘’Top Secret’’ menggambarkan secara perinci perang di Ukraina. Yakni, soal korban di kedua belah pihak, titik lemah. Sejumlah pejabat Pentagon menyatakan dokumen ini nyata.
BBC News mengkaji lebih dari 20 halaman. Termasuk daftar pelatihan dan peralatan untuk Ukraina, juga puluhan brigade baru untuk menyerang dalam kurun beberapa pekan. Jika brigade ini siap, tank, kendaraan lapis baja, dan artileri akan disediakan sekutu Barat.
Selain itu, ada soal data korban. Tentara Rusia yang tewas atau terluka antara 189.500 dan 223 ribu. Sedangkan dari pihak Ukraina antara 124.500 dan 131 ribu.
Respons Rusia
Pada Senin (10/4/2023), Rusia menyatakan, ada tendensi selalu menyalahkan Rusia, termasuk soal kebocoran dokumen rahasia AS ini. Mantan pejabat CIA mengatakan, kemungkinan besar Moskow merancang kebocoran ini.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov told menyatakan, ’’Kami tidak bisa berkomentar. Saya dan Anda tahu, faktanya ada tendensi untuk menyalahkan segala sesuatu kepada Rusia. Ini umum berlaku, ini penyakit.’’ Foreign Spy Service (SVR) Rusia menolak untuk berkomentar.
Ketika ditanya Washington memata-matai Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, Peskov mengatakan bahwa itu bisa saja terjadi. "Faktanya, AS pernah memata-matai sejumlah kepala negara, khususnya dari Eropa. Ini sudah lama, diulang, dan melahirkan skandal.’’ (reuters/fer)