Home > Sejarah Hari Ini

Sejarah: Pocahontas Menikah

Camilla Townsend menemukan, sebagian besar kisah tentang Pocahontas tidak benar sama sekali.

DIPLOMASI REPUBLIKA -- Pocahontas ternyata tak sekadar sosok dalam film animasi Disney. Perempuan berdarah Indian Amerika itu ada dan nyata dalam sejarah, meski tak semua seperti kisah film.

Pocahontas lahir pada 1596 di kawasan yang sekarang dikenal sebagai Jamestown, Virginia, Amerika Serikat. Ia memiliki beberapa nama lain, seperti Matoaka, Amonute, dan namanya setelah dibaptis yaitu Rebecca.

Laman Britannica menuliskan, Pocahontas adalah putri seorang kepala suku Powhatan. Gadis itu baru berusia 10 atau 11 tahun ketika ia mulai berinteraksi dengan para kolonial asal Inggris yang tinggal di kawasan Chesapeake Bay pada 1607.

Pemimpin kelompok kolonial, John Smith, sempat ditawan ayah Pocahontas. Saat nyaris dipenggal, Smith diselamatkan oleh Pocahontas. Smith menulis, Pocahontas menghalangi proses pemenggalan itu sehingga gagal. Smith pun diizinkan pulang ke permukimannya.

Benarkah kisah itu? Sejumlah sejarahwan berteori, Smith kemungkinan salah mengartikan proses pemenggalan itu. Yang sebenarnya terjadi, kata mereka, justru ritual penerimaan Smith ke dalam suku Indian Powhatan.

Pocahontas kemudian berteman dengan Smith. Hingga Smith kemudian dipanggil pulang ke Inggris lalu dikabarkan meninggal.

Pemimpin kolonial Inggris di Jamestown, Sir Samuel Argall, menawan Pocahontas. Tujuannya, untuk menekan Suku Powhatan agar memulangkan pemukim Inggris yang mereka tawan dan persenjataan yang mereka tahan.

Meski tujuh pemukim Inggris dibebaskan, namun persenjataan tetap ditahan Suku Powhatan. Hal ini membuat penguasa kolonial berang dan tetap menahan Pocahontas.

Namun, Pocahontas diperlakukan dengan baik oleh para pemukim Inggris ini. Ia kemudian menerima lamaran seorang pemukim, John Rolfe. Pernikahan terjalin pada 5 April 1614 atas restu Gubernur Virginia Sir Thomas Dale dan ayah Pocahontas.

Pada musim semi 1616, Pocahontas, suami dan putranya yang baru berusia setahun, berlayar ke England, atau Inggris.

Saat mereka hendak pulang ke Amerika, Pocahontas jatuh sakit dan akhirnya meninggal, bahkan sebelum kapal berlayar. Ia meninggal pada usia 21 tahun dan dimakamkan di Gravesend pada 21 Maret 1617.

Namun, kisah Pocahontas tak seperti jalinan kisah di film Disney. Bahkan, tak seperti catatan sejarah yang ditulis Smith atau mitos lainnya.

Profesor sejarah di Rutgers University, Camilla Townsend, meneliti dokumen dan catatan pada periode kehidupan Pocahontas. "Saya menemukan, kisah yang diceritakan berulang-ulang tentang dia tidak benar sama sekali," kata penulis Pocahontas and the Powhatan Dilemma yang dikutip Smithsonian Magazine.

Townsend mengingatkan, bahwa sejarah Pocahontas dikisahkan versi para pemukim kulit putih, sebagai pihak yang dominan. Menurutnya, ada pecitraan bahwa Pocahontas adalah orang Indian yang baik, mengagumi orang kulit putih dan budayanya, mengagumi Kristiani, ingin berdamai dengan mereka, memilih hidup dengan mereka daripada dengan sukunya sendiri, mengahumi pria kulit putih, bahkan ia memilih menikahi pria kulit putih ketimbang pria Indian.

"Intinya, ini membuat budaya kulit putih putih America nyaman-nyaman saja dengan sejarah mereka. Yaitu bahwa mereka tidak bersalah kepada orang-orang Indian, bahkan menolong mereka," kata Townsend.

Ah, semakin jauh menelusuri, kisah Pocahontas tak lagi seromantis film Disney. Namun, ada catatan penting di Smithsonian Magazine. Para ahli sejarah, kurator, hingga penerus suku India menggambar Pocahontas sebagai perempuan muda yang pintar, berani, bertindak sebagai penerjemah, duta besar, dan sekaligus pemimpin kalangannya di hadapan penjajah Eropa saat itu. (yen).

× Image