Pesan 'Someah Hade Ka Semah' Buat Warga Sunda di Mana Saja
Diplomasi.Republika.co.id-- 'Someah Hade Ka Semah' merupakan prinsip atau bagian dari filosofi hidup masyarakat Sunda, terutama adab kepada tamu. Prinsip tata krama yang kira-kira bermakna, antara lain bersikap baik, ramah, menjamu, dan membahagiakan tamu walaupun belum mengenalnya.
Adapun, kata someah mengandung nilai-nilai kepribadian masyarakat Sunda, yang sopan, ramah, dan terbuka.
Menurut Dasrun Hidayat dan Hanny Hafiar dalam Nilai-nilai Budaya Someah Pada Perilaku Komunikasi Masyarakat Suku Sunda (2019), budaya someah telah menjadi sebuah ciri khas, ikon, sekaligus brand personality dari masyarakat Sunda.
Contoh representasi budaya someah dalam bahasa, yang terwakilkan pada kata 'punteun' dan 'mangga'. Dua kata ini sering kali terucap dalam keseharian.
Jika mendengar kata-kata tersebut, bisa jadi ada masyarakat Sunda di sekitar. Apalagi, kalau ada yang berkata "punteun", lalu ada yang menjawab, "mangga." Kata 'mangga' di sini bukan berarti jenis buah.
Dasrun dan Hanny (2019) mengungkapkan bahwa kata 'punten' berfungsi untuk menunjukkan kerendahan hati dan rasa hormat. Kata 'punten' dapat diaplikasikan dalam konteks meminta izin, menanyakan sesuatu, meminta tolong, dan meminta maaf.
Sementara itu, kata 'mangga' berfungsi untuk menunjukkan kesopanan dan keterbukaan. Kata 'mangga' sendiri dapat digunakan dalam penawaran, ajakan, mempersilakan, ataupun permohonan. Jadi, dari pola dua kata tersebut, brand personality masyarakat Sunda pun sudah bisa terbentuk.
Selain itu, masyarakat Sunda juga dikenal sebagai pribadi dengan wajah yang murah senyum dan dianggap punya selera humor.
“Berdasarkan hasil pengamatan, selera humor yang dimiliki, membuat mereka mudah untuk bergaul tanpa terkecuali dengan masyarakat non-Suku Sunda, yang tinggal di sekitar mereka,” kata Dasrun dan Hanny.
Budaya someah inilah yang perlu ditunjukkan masyarakat Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan membangun dan melestarikan budaya someah, dapat tercipta relasi yang harmonis di lingkungan, tempat masyarakat Sunda berada.
Seperti yang diungkap oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil kepada warga Sunda yang berada di luar Jawa Barat.
Dia menitipkan pesan bagi warga Sunda untuk dapat menjaga nama baik Jawa Barat. Dia pun meminta warganya untuk someah hade ka semah.
"Titipan saya itu sing someah hade ka semah, saling kompromi, hade goreng ku basa. Karena warga Sunda di Lombok sedang jadi musafir dalam jangka waktu yang panjang," katanya, saat menghadiri acara "Tepang Sono" dengan warga Sunda yang menetap di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Ahad (20/3/2022).
Sejatinya, menurut Kang Emil (sapaan akrab Ridwan Kamil), warga Sunda tidak suka menimbulkan kegaduhan di mana pun mereka berada alias cinta damai.
Dia menyebutkan pula filosofi Sunda yang lain bahwa hidup itu harus silih asih, silih asah, silih asuh, dan silih wawangi.
"Pesan saya kepada Bapak dan Ibu, saya mendengar orang Sunda, khususnya dari Jawa Barat, tidak pernah mendengar satu pun coretan merah. Harus silih asih, silih asuh, silih asah, dan silih wawangi," ujarnya.
Konsep silih asah berarti saling mencerdaskan, silih asuh yang berarti saling membimbing, dan silih asih yang memiliki arti saling menyayangi. Sedangkan silih wawangi dapat bermakna saling memberi dukungan ke arah yang positif.
Dia pun memberikan salah satu contoh makna dari silih wawangi yang dapat dipraktikkan, terutama dalam berkomunikasi. "Silih wawangi itu artinya, bicaralah yang baik atau diam," katanya, seperti dilansir laman Pemprov Jabar, Senin (21/3/2022).
Maka itu, ada imbauan bagi masyarakat Sunda untuk terus memperkenalkan dan melestarikan budaya someah melalui perilaku sehari-hari. Kearifan lokal ini untuk menunjukkan kekuatan warisan budaya sekaligus kebanggaan sebagai masyarakat Sunda. (rin)