Home > Serba Indonesia

38 Bahasa Daerah akan Direvitalisasi

Bahasa daerah yang tersebar di 12 provinsi di Indonesia.
ilustrasi bahasa daerah (Antara/Republika.co.id)
ilustrasi bahasa daerah (Antara/Republika.co.id)

Diplomasi.Republika.co.id--Sebanyak 38 bahasa daerah di Indonesia akan direvitalisasi. Upaya pemertahanan ini untuk menggiatkan penggunaan bahasa daerah pada masyarakat penuturnya.

Revitalisasi merupakan salah satu upaya untuk memelihara dan melindungi bahasa serta sastra daerah agar tidak mengalami kepunahan atau musnah. Jadi, ada berapa banyak bahasa daerah di Indonesia?

Di Indonesia, tercatat ada 718 bahasa daerah. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 11 bahasa daerah sudah punah dan 25 bahasa daerah hampir mendekati kepunahan.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim, pada Selasa (22/2/2022) mengungkapkan salah satu penyebab utama punahnya bahasa daerah. Menurut dia, penyebab utamanya adalah para penutur aslinya tidak lagi mewariskan bahasa daerah ke generasi berikutnya.

Maka itu, Kepala Badan Bahasa, Aminudin Aziz mengatakan, pada 2022 ini, pihaknya akan merevitalisasi bahasa daerah yang tersebar di 12 provinsi. Sesuai dengan rancangan program revitalisasi bahasa yang disebutkan oleh mendikbudristek, pihak Badan Bahasa menyiapkan tiga model revitalisasi.

"Ada tiga model yang menjadi panduan untuk merevitalisasi bahasa daerah," katanya dalam Temu Inovasi NTT#2 bertajuk “Aktualisasi Merdeka Belajar: Pemanfaatan Bahasa Ibu dalam Pembelajaran bagi Siswa Penutur Bahasa Tunggal”, Selasa (8/3/2022).

Menurut dia, tiga model tersebut disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Dia pun menjelaskan, pertama, Model A dengan karakteristik daya hidup bahasanya masih aman, jumlah penutur masih banyak, masih digunakan sebagai bahasa yang dominan dalam masyarakat tutur. Contoh bahasa Jawa, Sunda, dan Bali.

Adapun yang kedua, Model B dengan karakteristik daya hidup bahasa yang tergolong rentan. Jumlah penutur relatif banyak dan digunakan secara bersaing dengan bahasa-bahasa daerah lain. Dia mencontohkan, bahasa-bahasa di Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.

Ketiga, Model C dengan karakteristik daya hidup bahasa terkategori mengalami kemunduran, terancam punah, atau kritis. Jumlah penutur relatif sedikit dan dengan sebaran yang terbatas. "Contoh bahasa-bahasa di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, dan Papua,” katanya.

Program revitalisasi bahasa daerah nantinya akan menyasar sekolah dan komunitas. “Sasarannya adalah komunitas tutur, guru, kepala sekolah, pengawas, dan siswa,” katanya. Aminudin pun berharap, dengan program ini, para penutur muda dapat menjadi penutur aktif bahasa daerah dan mau mempelajari bahasa daerahnya.

Sebelumnya, menurut Aminudin, uji coba revitalisasi bahasa daerah berbasis sekolah dan komunitas tutur sudah dilakukan sejak 2021 di tiga provinsi. "Jawa Barat untuk bahasa Sunda, Jawa Tengah untuk bahasa Jawa, dan Sulawesi Selatan untuk bahasa Jawa, Bugis, dan Toraja," katanya.

Kepala Kantor Badan Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Syaiful Bahri Lubis mengatakan, di wilayahnya, ada lima bahasa daerah yang akan direvitalisasi karena penggunanya mulai berkurang. "Ada lima bahasa daerah di NTT yang dilakukan revitalisasi atau dihidupkan kembali pada 2022, yang tersebar di lima pulau di Provinsi NTT," katanya.

Acara yang diselenggarakan via daring ini merupakan kerja sama antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan di antaranya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Kantor Bahasa Provinsi NTT, dan Kedutaan Besar Australia. (rin)

× Image