Home > Mancanegara

Kisah Unik Ulfah, Berburu Makanan Halal di Kanada

Sulitkah berburu makanan halal di Kanada?
Toko Akhavan di Montreal, Kanada (Dok, pribadi)
Toko Akhavan di Montreal, Kanada (Dok, pribadi)

DIPLOMASI REPUBLIKA, Sulitkah berburu makanan halal di Kanada? Jawabannya bisa didapat dari seorang warga Indonesia yang sudah empat tahun tinggal di negeri utara itu.

"Sejauh ini, saya belum merasakan kesulitan untuk mendapatkan makanan halal," kata Ulfah Faiqotul Himmah Ilyas, perempuan berusia 30 tahunan ini, kepada Diplomasi.Republika, Kamis (24/2/2022). Suhu di luar saat itu masih membeku, bahkan minus 10 derajat Celsius.

Bersama suami dan tiga orang anaknya, Ulfah tinggal di Montreal, Provinsi Quebec, Kanada. Sang suami, Muhammad Izzul Haq, adalah dosen di Indonesia sedang menyelesaikan program doktoral di Kanada.

Kanada memang terbuka bagi imigran. Tempat Ulfah tinggal banyak dihuni komunitas Arab dan Timur Tengah. Ada pula komunitas Asia Selatan di sana, termasuk komunitas Bangladesh.

Banyak imigran itu yang Muslim. Hal itu pula yang membuat makanan halal mudah diperoleh di sana. Jarak terdekat dapat ditempuh hanya dengan sekali naik bus.

"Mungkin hanya sekitar 15 menit dengan bus," kata Ulfah. Tentunya, waktu tempuh itu jika dilakukan di Montreal, bukan di Jakarta.

St Paul Street, Montreal (Ilustrasi/Kirsh Dulal/wikimedia)
St Paul Street, Montreal (Ilustrasi/Kirsh Dulal/wikimedia)

Toko-toko makanan halal terdekat itu biasanya milik warga Arab. Ulfah mengenang awal-awal tiba di Montreal empat tahun lalu. Ia mengaku, saat itu bahasa Inggrisnya masih terbatas. Ia juga belum menguasai bahasa Prancis, yang menjadi bahasa utama di seluruh Quebec.

Namun, Ulfah punya trik sendiri saat berbelanja. Terkadang ia menggunakan bahasa Arab saat berkomunikasi dengan para karyawan toko. Ulfah memang akrab dengan bahasa Arab.

"Terkadang mereka kaget saya bicara bahasa Arab, karena penampilan saya tidak seperti orang Arab, kan. Biasanya mereka bertanya, saya orang mana? Dan mereka kaget karena saya orang Indonesia namun bisa berbahasa Arab," kata Ulfah diiringi derai tawa.

"Setelah tahu saya bisa bahasa Arab, kadang kami malah jadi mengobrol," ujarnya lagi.

Di toko makanan halal, Ulfah atau suaminya, kerap membeli aneka daging seperti daging sapi, daging kambing, ayam, dan aneka olahannya. Salah satu toko langganan Ulfah adalah Akhavan. Ada pula toko Adonis. Toko-toko itu cukup besar dan menyajikan beragam keperluan sehari-hari.

Namun, untuk berbelanja sayuran, Ulfah terkadang memilih toko umum. Tak jarang ia berburu hingga ke toko-toko Asia. Tak heran, komunitas Asia pun banyak di Montreal. Di antara mereka adalah komunitas Cina dan Korea Selatan.

"Kalau di toko Asia, kangkungnya masih segar-segar. Tahunya juga mantap banget," katanya.

Ulfah Faiqotul Himmah Ilyas, warga Indonesia yang telah tinggal di Kanada selama empat tahun. (Dok pribadi) 
Ulfah Faiqotul Himmah Ilyas, warga Indonesia yang telah tinggal di Kanada selama empat tahun. (Dok pribadi)

Bagi Ulfah, memasak sendiri menjadi salah satu cara mengobati kerinduan keluarganya pada makanan di Tanah Air. Apalagi, suami dan putra-putra Ulfah yang berusia 12, 9, dan 5 tahun masih tetap suka makanan Indonesia.

"Biasanya daging-dagingan itu saya masak rawon, soto, sop, dan kadang sate ala ayam bakar. Untuk rawon, saya biasa membeli bumbu yang sudah jadi di toko Asia," papar Ulfah sambil menyebutkan sejumlah merk bumbu jadi yang juga dikenal di Indonesia.

Lantas bagaimana saat ingin berjalan-jalan ke tempat lain? Sebelum pergi, Ulfah terbiasa berburu makanan halal terdekat dengan tempat yang akan didatangi. Biasanya, selalu ada restoran halal. Jika tidak, Ulfah punya trik lain.

"Kami kadang memilih restoran atau tempat yang menjual makanan vegetarian. Di Kanada, aturan tentang makanan amat ketat, dan semua bahan harus dicantumkan, termasuk bahan bakunya," kisahnya. "Jadi kalau kita lihat ada kandungan gelatin, biasanya dijelaskan apakah dari hewan atau tumbuhan."

Berusaha memilih makanan dengan cermat berdasarkan bahan bakunya adalah trik Ulfah. Ia juga mengapresiasi peraturan ketat tentang makanan ini, karena menimbulkan rasa aman saat membeli dan mengonsumsi makanan.

"Jadi, selama saya di Montreal ini, saya tidak pernah menemukan masalah mengenai makanan halal," tegas Ulfah.

Keberagaman dinilai Ulfah menjadi ciri khas komunitas di sana. Menurutnya, Pemerintah Kanada juga tidak melarang penggunaan bahasa Arab. Meski, di Quebec gencar juga menawarkan kursus gratis bahasa Prancis kepada imigran yang memenuhi syarat. Tak hanya gratis, pemerintah bahkan menawarkan uang saku, uang transportasi.

Quebec adalah salah satu dari 13 provinsi di Kanada. Provinsi ini memang unik, Meski berada di Kanada, namun bahasa resminya adalah Prancis. Bahkan ada beberapa tempat yang mungkin 98 persen warganya hanya berbahasa Prancis, dan sedikit sekali yang bisa berbahasa Inggris. Kisah tentang bahasa dan krusus gratis ini mungkin akan diceritakan lain waktu.

Anda punya cerita menarik saat tinggal di luar Indonesia? Mari berbagi kisah. (yen)

* Kontak kami: diplomasi@rol.republika.co.id

× Image