Home > Kabar Diplomasi

KBRI Riyadh Gelar Diskusi Buku Warisan Keilmuan Syekh Nawawi Al-Bantani

Lebih dari 300 buku ditulis oleh Ulama Nusantara sekitar Abad ke-19 di Hijaz.
(dok Kemendikbud)
(dok Kemendikbud)

RIYADH– Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Riyadh melalui Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) menggelar diskusi bedah buku Syekh Nawawi al-Bantani (1812-1897) Mahaguru Ulama Hijaz & Nusantara Abad Ke-19. Diskusi tersebut mengungkapkan kehidupan dan warisan keilmuan Syekh Nawawi Al-Bantani, di Kantor KBRI Riyadh, Rabu (3/1/24). Syekh Nawawi Al-Bantani merupakan guru besar terkemuka di wilayah Hijaz dan Nusantara pada abad ke-19.

“Kita harus menghargai dan mempelajari warisan intelektual ulama Islam yang telah memberikan kontribusi luar biasa bagi perkembangan umat Islam di masa lampau dan masa kini,” kata Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi, Abdul Aziz Ahmad, seperti dikutip laman Kemendikbud, Jumat (5/1/2024). Dia juga menegaskan pentingnya meneruskan warisan ilmiah ulama terdahulu sebagai landasan keberhasilan umat Islam masa kini.

Dua pembicara utama sekaligus penulis buku tersebut, Mufti Ali dan Siti Ma'rifah Ma'ruf Amin, memberikan pemahaman mengenai perjalanan hidup serta jasa Syekh Nawawi Al-Bantani.

Mufti Ali memaparkan data-data dan arsip mengenai Syekh Nawawi diperoleh dari berbagai literatur yang ada di perpustakaan Indonesia dan Belanda. Menurut dia, peran dan ketokohan ulama ini mampu dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Sementara itu, Siti Ma'rifah Ma'ruf Amin memberikan perspektif mengenai warisan intelektual Syekh Nawawi Al-Bantani di Nusantara. Dia menekankan peran ulama ini dalam membentuk pemahaman agama yang kuat di wilayah Indonesia serta kontribusinya dalam memelihara tradisi keilmuan.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Riyadh, Badrus Sholeh, menyatakan bahwa Syekh Nawawi Al-Bantani merupakan tokoh inspiratif karena karya tulisnya banyak diapresiasi oleh ulama dan ilmuwan. "Buku-bukunya hingga saat ini dibaca dan dikaji di madrasah dan pondok pesantren di Indonesia dan Asia Tenggara, serta beberapa universitas dan madrasah di Timur Tengah,” kata Badrus menjelaskan.

Menurut dia, buku ini rencananya akan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab bersama Thinktank Arab Saudi di Riyadh. Selanjutnya, riset manuskrip ulama Nusantara di Hijaz akan dilanjutkan, yang bekerja sama antara Indonesia dan Arab Saudi.

Dia berharap kerja sama riset berkelanjutan ini akan berdampak positif bagi diplomasi Indonesia di Arab Saudi dan Timur Tengah. "Kontribusi ilmu pengetahuan ulama Nusantara bagi dunia merupakan bagian dari soft power Indonesia. Lebih dari 300 buku ditulis oleh Ulama Nusantara sekitar Abad ke-19 di Hijaz," katanya. (zed)

× Image