Indonesia Gastrodiplomacy Series: Dubes Asing Tertarik Cara Bungkus Ayam untuk Garang Asem
DIPLOMASI REPUBLIKA, JAKARTA-- Kementerian Luar Negeri pada Sabtu (2/12/2023) menggelar 'Indonesia Gastrodiplomacy Series: Diplomatic Gathering and Cooking with Women Ambassadors and Heads of Mission'. Para peserta kegiatan pertama dari Indonesia Gastrodiplomacy Series terdiri atas Duta Besar dan Kepala Perwakilan Asing.
Kali ini para peserta diperkenalkan pada aneka bumbu dan rempah yang terdapat di menu kuliner Indonesia. Cita rasa perpaduan rempah-rempah Jawa, seperti kunyit, serai, jahe, dan daun salam membuat masakan Garang Asem begitu istimewa. Selain perpaduan rasa 'Garang' (pedas) dan 'Asem' (asam) yang pas, keunikan dalam membungkus ayam dengan daun pisang juga dinilai sebagai sesuatu yang autentik oleh peserta.
Salah seorang peserta, yakni Duta Besar Australia untuk Indonesia, H.E. Ms. Nikki Penelope Williams. Dia mencoba teknik memasak dan membungkus Garang Asem agar tidak bocor. “Ini adalah hal yang sangat unik dan menarik. Saya senang sekali bisa belajar dan mempraktikkannya secara langsung,” tutur Dubes Australia yang kerap disapa Dubes Penny ini, dikutip dari laman Kemenlu, Senin (4/12/2023).
Selain Garang Asem, para peserta juga diajarkan cara membuat minuman herbal Kunyit Asem. Mereka diberi pembekalan materi mengenai berbagai jenis dan variasi bumbu dan rempah dari berbagai wilayah di Indonesia, antara lain, kunyit, pala, kemiri, sereh, belimbing wuluh, dan gula jawa.
Indonesia Gastrodiplomacy Series diselenggarakan sebagai bagian dari kampanye Indonesia Spice Up The World, yang merupakan program prioritas pemerintah untuk memperkenalkan bumbu dan rempah Indonesia ke kancah internasional. Program ini menggandeng Ramu Rasa Cooking Studio pimpinan Santhi Serad, seorang pecinta dan pakar masakan Indonesia.
Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Siti Nugraha Mauludiah, mengatakan program ini bukan sekadar belajar memasak, melainkan juga ajakan untuk memulai penjelajahan kuliner. "Program ini ditujukan untuk menggugah rasa ingin tahu masyarakat internasional tentang asal muasal rempah Indonesia, sekaligus menginspirasi mereka untuk menelusuri 'spice trail' ke berbagai pelosok Nusantara," katanya.
Sepanjang program, para peserta terlihat antusias karena mendapat keterampilan masak kuliner Indonesia dan pengetahuan mengenai kekayaan rempahnya. Kegiatan gastrodiplomacy ini diapresiasi mereka yang berharap dapat mengikuti seri selanjutnya. Di akhir kegiatan, makanan khas Indonesia, Soto Lamongan dan Rawon khas Jawa Timur, yang disajikan menjadi favorit para undangan yang hadir. (zed)