Istilah 'Gastrodiplomasi' atau Diplomasi Kuliner
DIPLOMASI REPUBLIKA-- Istilah 'Gastrodiplomasi' atau gastrodiplomacy diperkenalkan pertama kali oleh The Economist pada 2002 dalam artikelnya. Secara umum, istilah tersebut diartikan sebagai diplomasi publik dengan memadupadankan diplomasi budaya, kuliner, dan esensi national branding untuk membuat budaya asing (tradisi makanan, narasi makanan, dan lain-lain) menjadi nyata di negara lain lewat cita rasa yang khas, seperti dijelaskan di laman kemendikbud mengenai jalur rempah, yang dikutip pada Sabtu (28/10/2023).
Artikel dalam The Economist itu menyoroti keberhasilan Thailand dalam memopulerkan kulinernya sebagai 'duta besar' untuk menjalankan upaya diplomasi negaranya. Kesuksesan tersebut terbukti dengan menjamurnya restoran dan makanan Thailand yang tersebar di luar negaranya.
Beberapa negara yang sukses dalam mengaktualisasikan 'Gastrodiplomasi', antara lain Korea Selatan dengan kimchi, Jepang dengan sushi, Thailand dengan tom yum dan thai tea, dan Turki dengan kebab.
Konsul Penerangan Sosial Budaya KJRI San Francisco, Mahmudin Nur Al-Gozaly, dalam keterangan tertulisnya beberapa waktu lalu, pernah menyebutkan istilah diplomasi kuliner atau gastrodiplomasi untuk memadukan upaya diplomasi seni-budaya dan kuliner Indonesia di negara setempat. Menurut dia, negara-negara dengan kekuatan diplomasi menengah seperti Indonesia perlu terus melakukan upaya tersebut untuk memperkuat national branding yang memiliki nilai ekonomi.
Gastrodiplomasi Jalur Rempah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tengah mengupayakan narasi perniagaan global rempah-rempah Indonesia untuk diakui oleh UNESCO World Heritage Committee (WHC). Salah satu target pemerintah Indonesia dengan menjadikan Jalur Rempah sebagai warisan UNESCO adalah menghadirkan masa lalu bagi masa depan Indonesia.
Indonesia masih menjadi penghasil komoditas utama rempah-rempah dunia. Produk unggulannya, antara lain lada, pala, cengkih, dan kayu manis. Negara-negara yang menjadi tujuan ekspor rempah-rempah Indonesia, antara lain, Amerika Serikat, Belanda, Singapura, dan Jepang.
Indonesia diharapkan ke depannya mampu melakukan strategi global gastrodiplomasi dalam mendorong peningkatan penjualan produk khas Indonesia, terutama bumbu dan rempah-rempah serta pemasukan devisa sektor wisata mancanegara. Upaya ini untuk menghidupkan ekonomi lokal dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. (zed)