AS Siapkan Senjata Canggih Tembus Fasilitas Nuklir Bawah Tanah Iran
DIPLOMASI REPUBLIKA, DUBAI – Iran melakukan langkah baru terkait fasilitas nuklirnya. Dekat puncak Pegunungan Zagros, para pekerja membangun fasilitas nuklir di kedalaman bumi. Para pakar dan citra satelit yang dianalisis Associated Press mengungkapkan kegiatan tersebut.
Foto dan video dari Planet Labs PBC menunjukkan, Selasa (23/5/2023), Iran menggali terowongan dekat situs nuklir Natanz. Fasilitas berkali-kali menjadi target serangan sabotase di tengah sengketa Iran dan Barat mengenai program nuklirnya.
Proyek baru ini dibangun di sebelah fasilitas nuklir Natanz, sekitar 225 km selatan Teheran. Dilindungi bateri antipesawat, pagar, paramiliter, dan Garda Revolusi. Lokasi ini membentang seluas 2,7 kilometer persegi.
Sejumlah gambar yang dianalisis James Martin Center for Nonproliferation Studies mengungkapkan, empat pintu masuk digali ke dalam bagian dalam pegunungan. Dua berada di sebelah timur dan sisanya di sisi barat. Masing-masing lebar 6 meter dan tinggi 8 meter.
Kemungkinan, Iran membangun fasilitas baru tersebut di kedalaman antara 80 meter dan 100 meter. Bahkan, menurut The Institute for Science and International Security, lembaga nonprofit berbasis di Washington, terowongan itu bisa lebih dalam lagi.
Para ahli itu mengungkapkan, dengan kedalaman seperti itu memungkinkan memanfaatkan fasilitas bawah tanah itu untuk memperkaya uranium.
‘’Kedalaman fasilitas nuklir Iran membuatnya sulit dihancurkan menggunakan senjata konvensional, seperti bom bunker,’’ kata Steven De La Fuente, peneliti yang menganalisis pembangunan terowongan Iran itu. Fasilitas baru Natanz ini diperkirakan lebih dalam dibandingkan Fordo.
Fordo terekspos pada 2009, yang membuat Barat khawatir fasilitas itu bisa bertahan dari serangan udara. Fasilitas dengan kedalam semacam itu, telah memicu AS menciptakan bom GBU-57 yang mampu bawah dengan kedalam setidaknya 60 meter sebelum meledak.
Sejumlah pejabat AS beberapa kali membicarakan masalah ini, di antaranya menggunakan dua GBU-57 untuk meyakinkan situs nuklir di bawah tanah itu hancur. Sebab, belum bisa dipastikan dalam sekali hantam bom itu mampu menghancurkan sasaran.
Seiring kemampuan Iran memproduksi uranium mendekati tingkat yang bisa diubah jadi senjata setelah perjanjian nuklir kolaps, pembangunan fasilitas nuklir bawah tanah ini memperumit upaya Barat menghentikan Iran.
‘’Rampungnya fasilitas seperti ini, menjadi mimpi buruk yang berisiko meningkatkan eskalasi,’’ kata Direktur Kebijakan Nonproliferasi Arms Control Association Kelsey Davenport, Selasa. Menurut dia, ini menggambarkan bagaimana Iran lebih dekat pada penciptaan bom.
Konstruksi di situs Natanz terjadi setelah Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir. Trump berdalih kesepakatan nuklir itu tak memasukkan program rudal balistik Iran dan dukungan pada milisi di seantero wilayah Timur Tengah.
Perwakilan Iran di PBB ketika ditanya mengenai pembangunan fasilitas nuklir baru menyatakan, aktivitas nuklir damai Iran berlangsung transparan dan di bawah pengawalan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Bangunan baru itu akan menggantikan sentrifugal di Natanz yang ada di permukaan tanah yang dihantam ledakan terbakar pada Juli 2020. Israel, menurut Teheran, yang bertanggung jawab atas kejadian di Natanz. (ap/fer)