Tren Keluarga Kecil Muslim India
DIPLOMASI REPUBLIKA, NEW DELHI -- Syed Mohammed Talha (42) bangga, anak perempuannya yang berusia tujuh tahun masuk lembaga pendidikan bergengsi, sekolah Montessori. Biaya pendidikannya terbilang mahal, per tahun bisa mencapai 255 ribu rupee atau 3.113 dolar AS.
Namun, pengusaha Muslim itu tak mempermasalahkannya. Ia justru senang bisa membayar biaya yang mahal itu. ‘’Jika saya punya anak kedua, saya tak bisa mengirim keduanya ke sekolah ini,’’ ujar Talha, yang tinggal di Noida, kota satelit dekat New Delhi, Rabu (12/4/2023)
Dengan hanya memiliki satu anak, ia mengaku bisa fokus pada anak semata wayangnya itu. ‘’Memberi dia pendidikan yang bagus, banyak fasilitas. Banyak keuntungan yang kami peroleh.’’ Fenomena keluarga kecil Talha kini jadi tren yang berkembang di keluarga Muslim India.
Lama sebelumnya, komunitas Muslim di India dikenal dengan jumlah keluarga yang besar. Populasi tercepat pertumbuhannya di antara komunitas agama di negeri berpenduduk mayoritas Hindu itu. Pakar menyebut fenomena terkini itu sebagai sinyal stabilitas demografi.
Reuters mewawancarai enam Muslim laki-laki dan perempuan, serta tujuh pemimpin komunitas, ahli demografi, dan ulama. Semuanya sepakat, ini pertanda meningkatnya kesadaran di antara Muslim India mengenai pengendalian kelahiran dan keluarga berencana.
Muslim merupakan komunitas agama terbesar kedua di India, yakni 14,2 persen dari 1,2 miliar total populasi. Ini merujuk sensus sekali dalam sepuluh tahun pada 2011. Mayoritas Hindu jumlahnya menyentuh 79,8 persen.
Sensus 2022 ditunda tetapi PBB memprediksi populasi India bakal menyentuh 1,42 miliar jiwa pada bulan ini. India menjadi negara dengan populasi Muslim terbesar ketiga setelah Indonesia dan Pakistan.
Tren membentuk keluarga lebih kecil di kalangan Muslim India, terlihat setidaknya dalam 15 tahun terakhir, merujuk fertility rate atau rata-rata jumlah anak yang dipunyai seorang perempuan, hasil survei yang dilakukan National Family Health.
Pada 2019-2021 angka fertility rate 2,4 turun dari sebelumnya 2,6 pada 2015-2016 dan 3,4 pada 2005-2006. Meski angka 2,4 itu masih lebih tinggi dibandingkan komunitas lainnya, tetapi penurunannya terbilang paling cepat, hampir 4,4 pada 1992-1993.
Di komunitas yang kebanyakan konservatif, ulama atau imam, berperan penting dalam membawa perubahan itu. ‘’Ada miskonsepsi di antara Muslim soal Islam dalam isu pengendalian kelahiran,’’ kata Maulana Khalid Rasheed, imam Lucknow Eidgah, Negara Bagian Uttar Pradesh.
Ia menambahkan, syariat membahas soal keluarga berencana. Tanggung jawab semua pihak menghilangkan miskonsepsi itu.’’Kami membuat program penyadaran, ceramah tentang apa yang dikatakan syariat soal isu-isu semacam itu.’’
Meski demikian, jelas para ahli, masih banyak yang harus diperbuat. Di antaranya, dengan menargetkan mereka yang kurang teredukasi, mereka dengan kondisi ekonomi rendah terutama yang tinggal bukan di kota-kota.
Pekerja kesehatan pemerintah di bagian timur Negara Bagian Bihar menyatakan, secara teratur bertemu pemimpin masjid lokal dan meminta mereka menyampaikan ke jamaah soal pengendalian kelahiran setelah shalat Jumat. Namun, hasilnya belum signifikan.
Shahid Parvez, eksportir produk kerajinan di Moradabad, Uttar Pradesh yang bisa dikatakan salah satu Muslim yang sejahtera, menyatakan dirinya enam bersaudara. Namun, lelaki berusia 65 tahun itu kini hanya punya dua anak laki-laki dan satu anak perempuan. Mereka bisa kuliah.
Anak perempuannya, Muneeza Shahid, kini menjadi guru di Delhi dan telah menikah. Ia berencana belum segera mempunyai anak. Kondisi keuangan, jelas dia, bukan alasan untuknya belum beranak. ‘’Kami juga ingin hidup seperti yang kami harapkan.’’
Perubahan sikap
Perubahan sikap juga terjadi di kalangan Muslim dhuafa. Khususnya generasi mudanya, jelas Poonam Muttreja, direktur eksekutif Population Foundation of India.’’Anak-anak muda ini terekspos media digital dan tahu bagaimana kehidupan orang lain.’’
SY Quraishi, penulis buku "The Population Myth – Islam, Family Planning and Politics in India", menegaskan, turunnya fertility rate di kalangan Muslim menepis kritik dari politisi nasionalis Hindu dan klaim mengenai populasi Muslim yang melonjak tak terkendali.
‘’Propaganda bahwa Muslim melampaui jumlah populasi Hindu adalah absurd,’’ jelas mantan birokrat tingkat atas itu. Justru, menurut penilaiannya, Muslim menjalankan program keluarga berencana lebih cepat dibandingkan kalangan Hindu. n (reuters/fer)