Silat Buhun Jadi Potensi Wisata Budaya dari Garut
DIPLOMASI REPUBLIKA, GARUT-- Pancak silat menjadi salah satu bentuk seni yang populer di kalangan masyarakat Sunda di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Salah satu alirannya, yakni silat buhun, dapat ditemukan di kawasan pesisir selatan Garut.
"Silat buhun merupakan seni bela diri yang sudah menjadi tradisi, turun-menurun di masyarakat Pameungpeuk, Garut Selatan," kata Irpan Ali Rahman, peneliti silat buhun, di Pameungpeuk, Garut Selatan, Sabtu (3/12/2022).
Menurut dia, silat buhun sudah ada yang dikreasikan dengan seni pertunjukan untuk mempertahankan warisan budaya tersebut. "Silat buhun kini dikombinasikan dengan seni pertunjukan, tujuannya untuk mengenalkan ke masyarakat," katanya.
Silat buhun banyak ditekuni oleh beberapa perguruan silat di kawasan pesisir di Pameungpeuk, salah satunya Paguron Singa Dorang pimpinan (alm) Abah Engker Karyana di Desa Mancagahar, Pameungpeuk. Sepeninggal Abah Engker, murid-muridnya kemudian merintis paguron baru, yakni Paguron Putra Siliwangi. Melalui paguron ini, mereka melakukan upaya pemertahanan silat buhun dan membina pesilat-pesilat cilik sebagai penerus tradisi.
Silat buhun dikreasikan menjadi seni pertunjukan silat dan debus (atraksi kekebalan tubuh dengan senjata tajam), yang punya ciri khas. "Ciri khasnya, ada ibing gerakan, ragam tabuhan, dan ada iringan musik tradisional Sunda, antara lain, kendang, kempul, goong, hingga terompet," kata Mutiarani, salah satu peneliti.
Perbedaan antara silat buhun dan silat yang sudah dikreasikan terletak pada iringan musik dan kombinasi gerakan, yang memuat silat buhun dan silat Garutan. "Silat buhun itu menekankan pada unsur bela diri pada jurus-jurusnya daripada seni pertunjukannya," kata Irpan menambahkan.
Menurut dia, silat buhun yang asli tidak dapat ditampilkan secara sembarangan, apalagi dipertandingkan karena mematikan. "Silat buhun sebagai seni bela diri memerlukan pelatihan dan proses yang panjang jika hendak dipelajari, dan ada pakemnya," katanya.
Irpan mengatakan, sejak dahulu, silat dan debus di Pameungpeuk sering kali dipentaskan di acara-acara tertentu, seperti hajatan/nikahan, sunatan, ataupun acara pemerintahan. "Sekarang juga masih kalau ada acara sunatan, pernikahan, atau pemerintahan, ulang tahun kabupaten karena jadi seni pertunjukan," katanya.
Dia mengungkapkan, sebagian masyarakat Pameungpeuk rata-rata menguasai pencak silat. Bahkan, ada tradisi pasanggiri silat, yang kerap diselenggarakan masyarakat sebagai bentuk hiburan rakyat, terutama saat menyambut perayaan hari besar nasional dan acara nonformal lainnya.
Keadaan alam di daerah Pameungpeuk, yang menjadi bagian dari pantai laut selatan, turut membentuk fisik dan mental para pesilat. Hal itu diungkapkan oleh Sunu Wasono, dosen UI. "Dalam dunia persilatan, tempat latihan itu penting juga untuk diungkapkan. Laut merupakan satu medan yang keras bagi pesilat untuk menjadi ajang pelatihan membentuk tidak hanya fisik, tetapi mental," ujarnya.
Daerah Pameungpeuk memiliki keindahan alam berupa hamparan pantai yang menjadi destinasi favorit para pelancong, antara lain Pantai Santolo, Pantai Sayang Heulang, Pantai Cijeruk, dan Pantai Cilauteureun. Bahkan, sisa-sisa peninggalan Belanda berupa dermaga dan mercusuar menjadi saksi sejarah di Pantai Santolo.
Dari mulai seni kerajinan produk kayu dan olahan hasil laut hingga pertunjukan seni tradisi juga dapat dijumpai di daerah tersebut. Masyarakat Pameungpeuk mengenal kesenian tradisional, seperti debus, rudat, calung, kacapi suling, wawacan, dan silat buhun.
"Pameungpeuk memiliki potensi wisata budaya yang cukup luar biasa sebagai penguat menuju desa wisata," kata Irpan. Salah satu warisan budaya masyarakat Pameungpeuk adalah silat buhun Pameungpeuk, yang perlu dipertahankan di tengah modernisasi.
Menurut dia, diperlukan model promosi terhadap seni pertunjukan dan bela diri silat buhun Pameungpeuk. "Upaya model promosi terhadap seni pertunjukan silat buhun sebagai salah satu potensi daerah adalah dengan atraksi wisata budaya," katanya.
Program promosi silat buhun ditujukan pada pelaku silat buhun ini juga sebagai upaya pemertahanan tradisi seni bela diri agar terus bertahan dan berkelanjutan dan ada regenerasi. Apalagi, silat buhun sebagai bagian dari pencak silat di Jawa Barat ini dapat dikategorikan sebagai warisan budaya takbenda (WBTB) Indonesia.
Program pelestarian sekaligus pemertahanan Silat Buhun Pameungpeuk ini menjadi bagian dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat (pengmas) Universitas Indonesia (UI) 2022. Pengmas yang bertajuk 'Silat Buhun Menuju Penguatan Desa Wisata di Daerah Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat' ini diselenggarakan pada 2-4 Desember 2022 di Desa Mancagahar, Pameungpeuk, Garut. Tim peneliti terdiri atas dua dosen dan dua mahasiswa S3 Fakultas Ilmu Budaya UI. (rin)