Pengmas UI Angkat Silat Buhun sebagai Potensi Budaya di Garut
DIPLOMASI REPUBLIKA, GARUT-- Tim peneliti kebudayaan dari Universitas Indonesia mengangkat seni bela diri yang populer di wilayah Kabupaten Garut. Silat buhun dianggap memiliki potensi daerah untuk penguatan desa wisata, terutama di daerah Pameungpeuk, Garut Selatan.
Selama ini kawasan Garut selatan terkenal akan keindahan pemandangan alamnya. Bahkan, beberapa pantainya kerap menjadi destinasi favorit para turis, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Di antaranya, Pantai Santolo, Pantai Manalus, Pantai Sayang Heulang, Pantai Cijeruk, Pantai Ranca Buaya, dan Pantai Cimari.
Selain menyimpan keindahan alam pesisir, Pameungpeuk memiliki potensi daerah di bidang seni dan budaya. Aneka kesenian berupa debus, rudat, calung, kacapi suling, wawacan, dan silat buhun tersebar di daerah tersebut.
Silat buhun merupakan jenis aliran dari pencak silat yang menjadi silat pusaka bagi masyarakat Pameungpeuk. "Silat buhun ini silat pusaka yang mempertahankan kemurnian ilmu warisan leluhur atau karuhun," kata salah satu peneliti silat buhun, Irpan Ali Rahman, dalam acara yang bertema "Silat Buhun menuju penguatan Desa Wisata di daerah Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat", Sabtu (3/12/2022).
Salah satu peneliti, Mutiarani, mengatakan, eksistensi pelaku seni beladiri silat buhun, terutama pascapandemi Covid-19, sulit bertahan karena ada persaingan dengan pertunjukan seni modern. Meski begitu, ada upaya yang dilakukan oleh para pelaku tradisi ini untuk terus mempertahankan kelangsungan seni buhun.
Menurut dia, banyak paguron/padepokan silat yang tersebar di berbagai pelosok Garut. Adapun paguron yang melakukan pemertahanan silat buhun adalah Paguron Pusaka Siliwangi yang berlokasi di Desa Mancagahar, Pameungpeuk. "Paguron ini mengembangkan silat buhun dengan menjadikannya sebagai seni pertunjukan yang dapat dinikmati masyarakat," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/12/2022).
Selain mengombinasikan silat buhun dengan aliran silat lainnya dan debus (atraksi kekebalan tubuh dengan senjata tajam), yang diiringi musik tradisional, paguron tersebut juga melakukan pewarisan terhadap generasi penerus silat buhun. Tidak sedikit warga sekitar yang anak-anaknya berlatih silat di paguron ini, yang dahulu bernama Paguron Singa Dorang pimpinan (alm) Abah Engker Karyana.
Maka itu, pemertahanan silat buhun yang ada di Pameungpeuk ini menjadi program dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat (pengmas) Universitas Indonesia 2022. Syahrial, dosen UI, mengungkapkan bahwa melalui kegiatan ini, dia dan tim menggali kembali nilai-nilai yang ada di dalam seni tradisi silat buhun, termasuk soal pewarisannya.
"Kami minta satu paguron di Pameungpeuk, untuk menjelaskan perjalanan bagaimana mereka berusaha mengabadikan atau mewariskan atau meneruskan tradisi untuk generasi selanjutnya," katanya.
Dia juga berharap, kegiatan pengmas ini dapat memberikan informasi tambahan mengenai khazanah kebudayaan seni bela diri tradisional yang ada di Indonesia.
Pemerintah daerah setempat turut mengapresiasi kegiatan pengmas UI ini seperti yang diungkap Lurah Pameungpeuk, Dasep Rahmat. Dia menyatakan dukungannya terhadap kegiatan tersebut dan keberadaan seni tradisi di wilayahnya.
Dia mengakui bahwa dukungannya belum maksimal karena pandemi Covid-19. "Selama pandemi ini, prioritas anggaran banyak dialokasikan untuk menanggulangi Covid-19," kata Dasep dalam acara tersebut.
Meski begitu, dia berharap, dapat memberikan perhatian lebih bagi kesenian tradisi dan komunitasnya pada masa mendatang.
Kegiatan Pengmas UI ini diselenggarakan pada 2-4 Desember 2022 di Pameungpeuk, Garut. Tim peneliti terdiri atas dua dosen UI, yaitu Sunu Wasono dan Syahrial beserta dua mahasiswa S3 Fakultas Ilmu Budaya, Mutiarani dan Irpan Ali Rahman. (rin)