Ajak China Berinvestasi, Gubernur BI Sebut Lima Alasan Ini
DIPLOMASI REPUBLIKA, GUANGZHOU -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengajak China untuk berinvestasi di Indonesia. Dalam forum bertemakan “Investing for the Future: Exploring Opportunity in Indonesia’s Digital Economy, Green Development and Health Industry”, Perry menyebutkan lima alasan agar China tak ragu berinvestasi di Indonesia.
“Indonesia merupakan salah satu negara tujuan investasi terbaik di dunia karena lima alasan. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kedua, ekonomi yang stabil dan tangguh. Ketiga, reformasi yang terus berlangsung. Keempat, digitalisasi ekonomi dan keuangan. Serta kelima, penggunaan mata uang lokal dengan sejumlah negara” ujar Perry.
Forum bisnis ini dibuka 26 September lalu oleh Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun dan terselenggara atas kerja sama Kedutaan Besar RI (KBRI) Beijing, Konsulat Jenderal RI (KJRI) Guangzhou, dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Beijing, dengan didukung oleh BI, Kementerian Investasi/BKPM dan Indonesian Chamber of Commerce in China (INACHAM).
Sementara itu, Deputi Kemeninves/BKPM Nurul Ichwan, menyampaikan profil China sebagai salah satu negara dengan kontribusi penanam modal asing (PMA) terbesar di Indonesia. Secara akumulatif, nilai investasi China di Indonesia sejak 2017 sampai dengan semester I tahun ini mencapai 22,1 miliar dolar AS, dengan pertumbuhan PMA tahunan selama kurun waktu tersebut sebesar 9,4 persen.
Forum yang dilaksanakan secara hibrida tersebut dihadiri oleh sekitar 300 peserta daring dan luring. Sebagian di antaranya merupakan perusahaan yang ingin memperluas investasi maupun memiliki rencana investasi di Indonesia.
“Saya mendorong para pebisnis di China untuk memanfaatkan forum bisnis hari ini secara maksimal, dan saya menjamin bahwa seluruh Perwakilan RI di Tiongkok akan dengan senang hati memfasilitasi rencana investasi calon investor di Indonesia” kata Dubes Djauhari dalam keterangan tertulis yang diterima Diplomasi Republika, Kamis (29/9).
Para pembicara sesi pembukaan menyampaikan mengenai perkembangan hubungan bilateral Indonesia-China, khususnya di bidang ekonomi serta upaya untuk lebih mendorong minat pelaku usaha China berbisnis di Indonesia. Tiga ranah unggulan diangkat dalam forum ini, didukung oleh iklim investasi yang semakin kondusif di Indonesia antara lain melalui penerbitan UU Cipta Kerja dan kesepakatan Local Currency Settlement (LCS).
Sesi presentasi menghadirkan narasumber dari Kemeninves/BKPM, Bank Indonesia, serta para pembicara perusahaan China dari sektor digital (Tencent dan Oppo), energi (CATL/Brunp) dan kesehatan (BGI Group). Pada akhir sesi presentasi, TopWe Law Firm – sebuah firma hukum yang berbasis di Kota Fuzhou, Provinsi Fujian – menyerahkan terjemahan UU Cipta Kerja berbahasa Mandarin kepada para perusahaan China yang hadir.
Sesi diskusi diikuti oleh para panelis daring antara lain Kemeninves/BKPM dan BI Pusat. Sedang sesi luring diikuti Konjen RI Guangzhou, Konjen RI Shanghai, Presiden Energy China International, dan Manajer Kantor Cabang Bank Mandiri di Shanghai.
Dalam sesi yang dimoderatori oleh Presiden INACHAM, James Hartono, dipaparkan lebih lanjut mengenai upaya peningkatan investasi dan perdagangan di Indonesia dengan memanfaatkan LCS. LCS ini salah satunya mempermudah transaksi pembayaran menggunakan mata uang Rupiah dan Renminbi.
Terdapat beberapa pertanyaan terkait LCS yang disampaikan oleh peserta yang hadir. Salah satu peserta bertanya tentang manfaat yang dapat didapatkan dari mekanisme LCS jika perusahaan asing melakukan transaksi pembelian perlengkapan produksi dari luar negeri ke Indonesia.
“Dengan menggunakan konversi valuta langsung dari Renminbi ke Rupiah maupun sebaliknya, pelaku usaha China dapat mengurangi biaya transaksi yang timbul dari transaksi valuta asing dan mengurangi risiko atas fluktuasi yang mungkin terjadi pada valuta asing, khususnya dolar AS,” tanggap Jantra Patiwiri, Kepala Kantor Cabang Bank Mandiri di Shanghai.
Dalam kesempatan forum tersebut, tiga perusahaan China yaitu Energy China International, China Tianying (CNTY), dan Qinfa Group berkesempatan untuk mengumumkan rencana investasi maupun perluasan aktivitas bisnis mereka di Indonesia yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.
Konjen RI Guangzhou mengakhiri Forum dengan mengundang para investor China menjajaki lebih banyak peluang bisnis di Indonesia. Konjen RI Guangzhou juga menekankan kesiapan seluruh Perwakilan RI di China untuk memfasilitasi minat investasi yang ada.
Forum bisnis ini diselenggarakan di Guangzhou, ibu kota Provinsi Guangdong yang tercatat memiliki pertumbuhan PDB tertinggi di China selama 33 tahun berturut-turut, termasuk periode Semester I 2022. Provinsi Guangdong juga merupakan tuan rumah dari beberapa perusahaan ternama yang masuk dalam jajaran Fortune Global 500 menjadikannya sebagai target wilayah potensial untuk promosi potensi dan peluang investasi di Indonesia. (yen)