Aneka Kebaya Diperagakan di San Francisco
DIPLOMASI REPUBLIKA, SAN FRANCISCO -- Diaspora perempuan Indonesia di Amerika Serikat (AS) tak ketinggalan untuk mendukung "Kebaya goes to UNESCO". Komunitas diaspora Indonesia yang tergabung dalam organisasi Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI) di San Francisco menggelar acara “Berbusana, Berkain Nusantara dan Berkebaya sebagai Jati Diri Wanita Indonesia”. Acara ini dgelar di Kota Castro Valley, California, AS, Ahad (18/9/2022).
“Kami sangat mengapresiasi karena dalam suasana pascapandemi saat ini masyarakat dan diaspora di wilayah kerja KJRI San Francisco kembali aktif menunjukkan inisiasi dan kreasinya untuk mengadakan kegiatan-kegiatan yang turut mempromosikan keunggulan budaya Indonesia”, kata Konjen RI San Francisco, Prasetyo Hadi, dalam sambutan pembukaannya.
Acara tersebut dikemas dalam bentuk peragaan busana nusantara, sosialisasi kesehatan mengenai alzheimer dimensia, kuis, sosialisasi singkat pendidikan rumah tangga, pertunjukan angklung, dan tari adat nusantara. Organisasi diaspora Indonesia lainnya juga turut andil dan bekerja sama dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut, seperti Alzheimer Indonesia (ALZI) San Francisco, Indonesia Care Community (ICC), Indonesian Community Outreach Committee (ICOC), dan Indonesia Diaspora Network (IDN) USA Northern California.
Konjen Prasetyo menambahkan bahwa kegiatan tersebut merupakan wujud nyata untuk mengangkat budaya Indonesia. Menurutnya, berkain dan berkebaya daerah adalah salah satu identitas asli Indonesia serta sebagai wujud kecintaan dan kebanggaan masyarakat dan diaspora Indonesia di luar negeri, khususnya oleh mereka yang tinggal di California Utara ini.
Warga Indonesia hendak menunjukkan kepada komunitas asing bahwa kain tradisional Indonesia --sebagai salah satu kekayaan identitas bangsa-- merefleksikan nilai lokal Indonesia yang sejalan dengan nilai Internasional yang semakin mengarah pada ramah lingkungan.
“Pewarnaan kain tradisional yang alami baik dalam busana maupun kebaya, memberikan pesan pula mengenai pentingnya konservasi alam. Maka diharapkan, ini akan semakin memperkuat //nation branding// serta menumbuhkan daya tarik citra positif dan kekayaan keragaman budaya Indonesia,” kata Konjen Prasetyo.
KJRI San Francisco mengapresiasi promosi kain dan kebaya sebagai upaya kolektif mendukung langkah Pemerintah Indonesia yang mengajukan Kebaya Goes to UNESCO. Menurut Konsul Pensosbud, Mahmudin Nur Al-Gozaly, "Jika upaya ini kembali membuahkan hasil, maka kebaya akan menjadi daftar selanjutnya yang diakui dunia melalui UNESCO."
Saat ini, setidaknya ada 18 warisan budaya asli Indonesia yang resmi diakui UNESCO. Warisan itu antara lain pencak silat, angklung, kapal pinisi, keris, batik, gamelan, pantun, Candi Borobudur, Prambanan, dan sebagainya.
Perhelatan kali ini dihadiri oleh ratusan warga dan diaspora Indonesia serta warga lokal AS yang tertarik dengan kain tradisional dan kebaya. Beragam kebaya nusantara dari berbagai daerah di Indonesia diperagakan oleh para model yang merupakan diaspora Indonesia dan warga AS yang berdomisili di berbagai kota di Negara Bagian California.
Ketua KCBI Cabang San Francisco, Vivianti Thazir Ibrahim, menuturkan bahwa kegiatan ini selain turut mempromosikan kain tradisional Indonesia juga untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian akan busana kedaerahan. KCBI saat ini memiliki sembilan organisasi cabang dalam negeri dan tiga organisasi cabang luar negeri.
“Ini merupakan bentuk upaya kita bersama dalam melestarikan busana berkain kedaerahan yang merupakan warisan budaya leluhur dengan kearifan lokalnya serta untuk mempertahankan dan meningkatkan citra perempuan Indonesia”, kata Vivi.
Sadar akan alzheimer
Besarnya antusiasme peserta yang datang juga dimanfaatkan untuk menyampaikan sosialisasi kampanye kesehatan sekaligus memanfaatkan momentum Bulan Alzheimer Sedunia (World’s Alzheimer Month) yang jatuh pada September. Ake Pangestuti, Ketua ALZI San Francisco, berkesempatan mengajak kepada masyarakat dan diaspora Indonesia untuk senam dimensia dan kembali meningkatkan kesadarannya mengenai Alzheimer dan dimensia.
“Menjadi tua tidak dapat dielakkan, namun kita semua harus siap menjadi tua yang tetap sehat dan bermanfaat”, tegasnya. Para peserta perempuan pun terlihat mengenakan berbagai jenis kebaya yang beraksesoris serba ungu untuk memperingati Bulan Alzheimer tersebut. (yen)