Aneka Kerajinan Kulit Ala Sukaregang Garut
Diplomasi.republika.co.id-- Suasana pagi di kawasan Sukaregang pada Senin (28/2/2022) tampak mulai ramai. Kawasan yang berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat, ini terkenal dengan aneka kerajinan kulitnya.
Sepanjang Jalan Ahmad Yani di Sukaregang, berjajar toko-toko yang memajang berbagai kerajinan kulit. Hasil produksinya yang dipasarkan meliputi lembaran-lembaran kulit setengah jadi. Ada pula yang sudah diolah menjadi barang siap pakai, seperti tas, dompet, gantungan kunci, jaket, topi, ikat pinggang, sarung tangan golf, sandal, sepatu, dan sebagainya. Produk yang menjadi unggulan adalah jaket asli kulit domba.
Harga barang-barang tersebut bervariasi dan bergantung pada kualitas bahan kulitnya. Jenis kulit yang diolah para perajin, di antaranya kulit domba, kulit kerbau, dan kulit sapi.
Awalnya, Kabupaten Garut memiliki sentra untuk penyamakan kulit yang kemudian berkembang. Rata-rata industri penyamakan memasok bahan baku kulit ke berbagai daerah. Sentra tersebut dari tahun ke tahun akhirnya menjadi sentra kerajinan.
Menurut Iim Imadudin (2011), sejarah perkembangan kerajinan kulit di Garut terdapat bermacam versi. Ada versi yang mengatakan, industri kreatif ini ada sejak 1920 atau pada zaman Belanda. Lalu versi lainnya menyebutkan, kerajinan ini dirintis oleh pekerja industri penyamakan kulit di Bandung. Pekerja itu lalu menerapkan keterampilannya di Sukaregang pada zaman Jepang. Ada pula yang mengatakan, 1954 menjadi tahun awal hadirnya usaha kerajinan di daerah tersebut.
Walaupun demikian, kerajinan kulit ini telah melewati beberapa generasi. Keterampilan menyamak dan mengolah kulit menjadi keahlian yang menjadi ciri khas warga Sukaregang. Biasanya keahlian ini diperolah karena masih ada hubungan kerabat, dari orang tua ke anak, atau sudah bekerja bertahun-tahun di industri tersebut. Tidak menutup kemungkinan, masyarakat di luar Sukaregang turut menekuni kerajinan ini.
Ada proses panjang dalam memproduksi kerajinan kulit. Pertama-tama, kulit yang masih basah harus melalui penyamakan hingga menjadi bahan. Proses ini memerlukan waktu sekitar dua pekan. Jika perlu pewarnaan, prosesnya menjadi agak lama. Setelah itu, bahan kulit siap dipasarkan ataupun diolah. Biasanya dipola dan dijahit sesuai dengan bentuk produk yang diinginkan.
Potensi daerah Garut ini mendapat perhatian khusus dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Kang Emil, sapaan akrabnya, pernah berdiskusi dengan para perajin di Sukaregang, Garut, terkait problem yang mereka hadapi. Pembahasan tersebut demi kemajuan dan kelangsungan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) agar dapat bersaing. Apalagi, usaha kerajinan kulit Sukaregang memiliki potensi besar untuk berkembang pesat.
Produk kerajinan kulit Sukaregang banyak diminati masyarakat. Sebelum pandemi, terutama pada akhir pekan, jalanan di Sukaregang dipenuhi banyak bus dan mobil pengunjung yang terparkir.
Namun, sejak pandemi, situasi dan kondisi berubah. Usaha industri rumahan perajin kulit di Sukaregang ikut terimbas. Para perajin masih berproduksi dengan melakukan penyesuaian terhadap kebutuhan pasar. Dengan kreativitasnya, ada perajin yang membuat masker dari bahan kulit. Pemasaran pun sudah dilakukan secara daring lewat lokapasar (marketplace). (rin)